Mohon tunggu...
Eka Nawa Dwi Sapta
Eka Nawa Dwi Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bimaisme: Bagaimana Kritik di Era Digital Bekerja?

19 April 2023   15:59 Diperbarui: 19 April 2023   18:49 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TikTokers Bima Yudho Saputro atau dikenal dengan Awbimax Reborn viral setelah mengkritik Lampung sulit menjadi daerah maju.(TIKTOK @awbimaxreborn)

Jika pola-pola pengkritik masih didominasi teks, komik, dan meme satire, Bima justru hadir dengan format berbeda. Ia seolah-olah sedang melakukan presentasi di hadapan teman-teman sekelasnya dan menjabarkan poin demi poin dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami audiens dari kalangan usia mana pun. Ditambah lagi, cara ia memaparkan materi dengan gaya bicara blak-blakan dan cenderung frontal.

Saat pertama kali saya menyaksikan konten Bima di TikTok, saya langsung berpikir, "Wow! anak muda ini sangat berani". Bima bicara jujur seolah tidak merasa takut dengan ancaman dan risiko yang sewaktu-waktu bisa diterimanya. 

Seperti yang kita sama-sama ketahui, laporan pelanggaran terkait UU ITE sering dilayangkan pada pengkritik dan aktivis dewasa ini. Ibarat pisau bermata ganda, UU ITE bisa dijadikan senjata untuk membungkam kritik oleh pihak-pihak yang merasa tidak aman mendapat kritikan.

Medium yang Tepat

TikTok adalah media sosial yang cukup sentral pengaruhnya dan sangat populer terutama di kalangan generasi milenial, Z, dan alpha. Aplikasi ini mempopulerkan konsep video singkat dan menggunakan algoritma rekomendasi kepada pengguna sesuai minat dan kesukaan pengguna itu. Lantaran durasi video rata-rata pendek, pengguna tanpa sadar menggulir layar berkali-kali hingga puluhan video telah mereka tonton kurang dari satu jam.

Soal kemampuan memengaruhi persepsi publik dan politik, TikTok tak perlu diragukan lagi. Bila mundur dua tahun ke belakang, kita akan menemukan berita bagaimana anak muda Amerika Serikat dan penggemar K-Pop berhasil memanipulasi kampanye Trump sehingga kampanye di Tulsa, Oklahoma itu sepi pengunjung.

Bima adalah generasi Z. Maka TikTok menjadi media andalannya untuk menyalurkan kegelisahannya. Algoritma yang canggih dari TikTok juga mampu merekomendasikan topik berdasarkan minat dan isu yang disukai pengguna.

Artinya sekali saja orang-orang menyaksikan dan menyukai video kritikan Bima, maka video-video serupa dengan isu yang dibahas Bima akan langsung otomatis bermunculan di beranda mereka. Inilah alasan kenapa konten jalan rusak ikut viral bersamaan dengan konten kritikan Bima.  

Sikap Reaktif dan Tindakan Represif Pihak yang Dikritik

Seandainya aspirasi Bima kemarin ditanggapi dengan baik dan tidak dibalas dengan cara-cara tidak etis, barangkali ramainya "Bima dan jalan rusak" hanya sebatas viral dan tidak melebar ke mana-mana. Tapi sudah ciri khas beberapa pejabat tanah air kalau mendapat kritikan langsung ditanggapi dengan sikap reaktif. 

UU ITE selalu jadi jalan keluar untuk membungkam para pengkritik. Batas antara kritik dan penghinaan seolah-olah kabur dan sulit dibedakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun