Mohon tunggu...
Eka Nawa Dwi Sapta
Eka Nawa Dwi Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Habis Stafsus Milenial, Bangkitlah Kaum Rebahan

15 April 2020   06:30 Diperbarui: 15 April 2020   11:12 3455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Rebahan bukan berarti tidak produktif via pexels.com (PEXEL.COM/OLA DAPO)

Wah, ini namanya keterlaluan, sangat-sangat keterlaluan sekali! Menganggap orang yang tak melakukan perbuatan apa-apa sebagai biang kerok dalam banyak masalah negara.

Si pembuat huru-hara (kebijakan) kan pemilik kekuasaan juga kalik! Si tukang rebahan sialnya jadi yang nyicip pertama kali kebijakan pejabat buat. Kok bisa-bisanya yang disindir terus-terusan mahluk penunggu kasur?

"Memangnya negara keluar dana berapa untuk menggaji kaum rebahan sampai banyak yang sewot?" Ujar anggota partai komunitas guling bersambut yang geram karena kerap disindir admin #Pojokan.

Tidak salah berkata demikian, faktanya mereka enggak dibayar sampai 51 juta per bulan, dan bisa menyambi jadi CEO Perusahaan kepunyaan sendiri. Bisanya cuma jaga warung kelontong, sambil rebahan, kipas-kipasan terus nonton drakor atau video cover lagu Aisyah Istri Rasulullah, atau cuma bermimpi punya kontrakan banyak-banyak supaya bangkit dari kasur cuma buat nagih uang sewa. Enggak gitu juga ya?

Dianggap minim kontribusi tidak masalah, toh mereka memang tidak dibayar sepeserpun untuk tanggung jawabnya sebagai staf ini itu. Kecuali nasionalismenya yang bikin mereka sadar diri buat berperan memajukan negeri.

Dan tidak lupa tanggung jawab sebagai WNI untuk melakukan bela negara. Biasanya baru insyaf pas belajar tes CPNS terus baca materi bela negara. Duh.

Sisanya, yang bisa dilakukan mereka ialah fokus pada komitmen untuk memantapkan diri sendiri. Alih-alih berjanji pada khalayak dengan membawa embel-embel merepresentasikan kelompok generasi, si kaum rebahan "yang tidak istimewa dan tak memiliki jalur istimewa" ini cuma bisa menyaksikan apa-apa yang sedang ramai diperbincangkan.

Itu lebih baik daripada membawa pesan muluk-muluk, dan menabuh genderang penanda 'perubahan', kemudian tenggelam dalam kerumunan birokrasi. Sekali berbunyi, rupa-rupanya persoalan penyalahgunaan kekuasaan, di luar nalar dan harapan.

Kaum rebahan bisa dibilang kelompok diam-diam peduli pada kondisi negeri. Mereka paling solid dalam hal mengkritisi apabila terjadi penyimpangan pada pejabat, misalnya pada isu pembebasan napi koruptor dan isi omnibus law, mereka berduyun-duyun melakukan aksi demonstrasi secara online. Terbukti melalui tulisan satire atau meme lucu yang mereka bagikan.

Lucunya lagi, sekarang sedang marak tim rebah bikin akun parodi tokoh penting. Bahkan akun Pak Jokowi dan Kyai Ma'ruf Amin sampai dibuatkan akun parodinya dan berseloroh di twitter bernuansa komedi. Para buzzer bahkan kewalahan berhadapan dengan akun-akun dark jokes ini. Wah, ada-ada saja aksi lucu nan menggemaskan penghuni kasur +628.

Oya, buat kaum rebahan, habits itu masih bisa diubah kok, nah kalo moral (akhlak) udah susah kayaknya digeser-geser. Setidaknya tetap tanamkan nilai-nilai yang baik pada diri kalian, jauhi perbuatan buruk yang merugikan, contohnya KKN. Bukan KKN yang itu malih! Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun