Di situlah kebosanan muncul, menjadi istri tanpa diberi peran penting di rumah. Apa-apa diatur oleh ibu mertua, bahkan perkara remeh temeh (memilih barang-barang atau furnitur) pun di set sedemikian rupa supaya mengikuti selera penghuni lama. Belum lagi, sang suami terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Juga kerap merahasiakan persoalan yang dihadapi selama bekerja. Kondisi inilah yang menimbulkan perasaan "tak dianggap" dan "kecemburuan" pada diri Marya.
Kelemahan sang suami, ia cenderung memposisikan dirinya sebagai lelaki  tua, bijak, dan memahami segala hal sendirian serta kurang peka juga. Penyakit Sergei (Menjengkelkan!)  sering mengungkit kelemahan diri sendiri di hadapan sang istri, awalnya sang istri tak mempersoalkan perkara umur mereka yang beda. Sewaktu-waktu mereka punya masalah, stigma itu seperti bom yang ditanam diam-diam.
Sergei kerap mengiyakan apapun yang diminta sang istri, dan mengabaikan perasaannya sendiri. Menjadi suami tak seharusnya menutupi insting cemburu, apalagi sampai membangun jarak pada hubungan yang susah payah dibangun. Sering kali ini terjadi di kehidupan nyata, orang gengsi mengatakan kalau sedang cemburu. Akhirnya mendiamkan pasangan berhari-hari atau berpura-pura seperti kondisi baik-baik saja, lama-lama pasti akan menjadi duri dalam daging. Sakit, tapi tak kelihatan.
Rumah tangga yang bahagia, judulnya menegaskan soal pencarian jati diri dan visi yang sedang dikejar oleh suatu pasangan. Leo Tolstoy mampu mengangkat problema rumah tangga yang kerap terjadi tanpa menambahkan bumbu cerita berlebihan dan terlalu didramatisir. Kisahnya mengalir dan tampak alami, saya pun sempat bingung, hampir setengah cerita, kok kehidupan sang tokoh kayak lurus-lurus saja. Namun di bab-bab ke belakang, barulah saya sadar bahwa konflik batinlah yang menjadi cikal-bakal permasalahaan di sini. Â
Kisah ini patut dibaca bagi Anda yang berencana akan menikah dalam waktu dekat. Rumah Tangga yang Bahagia akan membawamu dalam suasana awal-awal pernikahan dan mengajarkan arti sebuah hubungan. Saya mengutip perkataan Sergei.
"Tak mau kita membohongi diri sendiri. Dan jika tak ada lagi kecemasan dan kegirangan lama, marilah kita mengucap syukur untuk itu! Tak ada yang kita cari, tak ada yang mengharubiru kita." (Sergei Mikhailich)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H