Mohon tunggu...
Eka Nawa Dwi Sapta
Eka Nawa Dwi Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pemburu Hantu, Feminisme, dan Komedi dalam "Ghostbuster" (2016)

25 Desember 2019   12:53 Diperbarui: 25 Desember 2019   14:08 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jaws walaupun fiksi sebenarnya didasarkan dari kisah nyata yang ironis. Pada bulan Juli 1916, di pantai Jersey seekor hiu putih buas menyerang lima orang perenang hingga empat di antaranya tewas. Hiu itu menyerang kota pantai di utara tempat wisata populer, Atlantic City sampai ke pelabuhan New York. Setelah kejadian itu, monster laut ini langsung menjadi headline utama koran New Jersey.

Headline koran New Jersey yang sempat mengalahkan berita soal World War one (1916) (sumber: bbc.uk)
Headline koran New Jersey yang sempat mengalahkan berita soal World War one (1916) (sumber: bbc.uk)
Walikota setempat membantah fakta itu hanya karena takut mengurangi penghasilan kota. Namun hasil penelitian seorang ahli dari Museum Sejarah Amerika membuktikan bahwa kejadian itu memang disebabkan oleh hiu putih. Menurut pengarang buku non-fiksi Close to Shore, Michael Capuzzo kisah inilah yang menjadi inspirasi Peter Benchley dalam novelnya yang diadaptasi menjadi film arahan Spielberg.

Ghostbuster (2016) menurut saya sajian ringan tetapi tidak sembarang. Selain itu, dialog tokohnya menarik untuk dicermati. Misalnya balasan Abby yang marah karena usahanya dianggap omong kosong oleh seorang profesor, "Berada di kursi pengkritik itu memang jauh lebih mudah."

Adegan lainnya tak kalah nyelekit saat Rowan menegur Patty yang sok asik menyapa orang-orang berlalu lalang di stasiun kereta bawah tanah. "Berhenti mengatakan sesuatu, mereka hanya peduli urusan mereka sendiri."  Ini kalimat pendek yang rasanya memang benar adanya.

Secara naskah dan konflik ditawarkan, film ini mungkin tergolong biasa saja. Bagi saya pribadi keunggulan reboot Ghostbuster ada pada dialog dan aksi antar pemainnya yang tak membosankan. Pemilihan Melisa McCharty dan Leslie Jones ialah pilihan paling tepat untuk film ini, tanpa mereka betapa hambar sekali ceritanya. Terutama saya kurang sreg dengan Kate McKinnon yang kurang dapat memainkan perannya alias garing. Ups, sorry, ini cuma opini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun