Mohon tunggu...
Eka Nawa Dwi Sapta
Eka Nawa Dwi Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teori Bangga Tanah Air Dian Sastro untuk Siapa?

28 November 2019   13:13 Diperbarui: 28 November 2019   13:18 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa 65 bukan satu-satunya yang menjadi hantu menakutkan bagi saya. Setelah mempelajari masa orde baru sampai peristiwa 98, ada kecamuk tersendiri di dalam dada. Betapa kenyamanan dan kebanggaan yang saya rasakan selama ini tidak berdiri dari perjalanan berakhir manis belaka. 

Ada banyak penderitaan dan luka yang membekas, bahkan mungkin belum sembuh. Saya tidak bisa menjamin, apakah rasa bangga yang saya rasakan sekarang ini sama besarnya dengan yang dimiliki oleh para korban-korban peristiwa di tahun itu?

Teori Identitas Kebangsaan yang diusulkan Dian Sastro sepertinya tidak cukup adil untuk dipakai semua masyarakat Indonesia.  Andai dia tidak menuliskan kata 'sejarah' mungkin semua pihak bisa menerima pernyataan ini. 

Tak ada yang meragukan bahwa negara ini adalah surga bagi seni dan budaya. Namun, menghubungkan dengan pengetahuan sejarah justru kontradiktif dengan pemahaman terhadap seni. 

Sejarah sejatinya bisa dipandang sebagai sarana pembelajaran, tetapi tidak semua pelaku sejarah mampu melupakan bagian-bagian itu. Jadi kebanggaan yang mereka miliki, tidak mampu diukur atau diperkirakan hanya dengan teori grafik linear belaka. Harusnya grafik itu memberikan variabel pembatas yang jelas, atau faktor-faktor lain yang dipertimbangkan.

Saya mengusulkan ide untuk menyempurnakan Teori Identitas Kebangsaan dengan menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi teori ini yaitu faktor internal (dalam diri pelaku) menyangkut pengalaman hidup, kondisi sosial, dan kepribadian, serta faktor eksternal (kondisi bangsa), meliputi kondisi geografis, ekonomi, dan politik negara tempat dia tinggal. Tanpa mempertimbangkan faktor ini, gradien kenaikkan rasa bangga sukar untuk diterima oleh semua orang. Seperti yang saya katakan, tingkat kebanggaan masing-masing orang tak bisa diukur.

Akhirnya, saya simpulkan Dian Sastro tidak salah membuat teori ini, memang Teori Identitas Kebangsaan yang ia buat sangat relevan banget deh dengan kondisi pemeran Cinta dalam  Ada Apa Dengan Cinta ini. Ini juga mengingatkan saya dengan dialog dalam film fenomenal pada masanya itu,

Sekarang gue Tanya, salah gue? Terus, salah siapa? Salah gue? Salah temen-temen gue, salah gue, gue Tanya?

-bukan salah mbak kok, salah saya yang ikut nimbrung hihihi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun