Atau ketika satu anak menangis guling-guling, ia segera merengkuhnya dalam pelukan dan kembali mengucapkan, "Sayang ... sayang. Cup cup," sembari mengondisikan dua anak lainnya agar tetap tenang.
Aku melihat kelelahannya dalam melayani kami, karena ia benar-benar menjalankan perannya dengan baik. Bolak-balik ke dapur, ke kamar, ke ruang mainan, dan ke tempat-tempat lain.
Allahu ....
Seketika air mata ini keluar tanpa permisi. Entah kenapa dadaku terasa sesak. Sungguh, sebagai ibu aku belum mampu menjalankan peran sebaik bocah 3 tahun ini.
Masih sering terbawa emosi.
Masih sering nangis di pojokan.
Bahkan terkadang menyerah dengan keadaan.
Berkali-kali kupeluk dirinya, sambil mengucapkan terima kasih atas pelajaran yang ia berikan hari ini. Pelajaran yang menyentuh sisi terdalam seorang ibu.
Terima kasih, Allah.
Terima kasih, Nak.
Telah mengajarkan kepada Bunda akan arti cinta sesungguhnya.
Terima kasih, Nak.
Telah mengajari Bunda untuk menjalankan semua peran tanpa beban dan melalui setiap liku kehidupan dengan kebahagiaan.
**
Begitulah, ya, Ayah Bunda. Sejatinya anak adalah guru terbaik yang Allah kirimkan untuk kita. Tinggal kita memilih, menjadi sebaik-baik  atau sesombong-sombong murid.