Citra NDVI digunakan untuk menilai kesehatan dan kepadatan vegetasi, sementara NDSI membantu dalam mengidentifikasi  kelembapan tanah. Sementara itu, citra true color memberikan representasi visual yang realistis dari kondisi lahan. Dengan menggabungkan data ini, studi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengelolaan sumber daya alam dan mitigasi dampak lingkungan di Kabupaten Lamandau.
Berikut adalah hasil pengolahan citra Landsat , NDVI , NDSI , dan True Color  yang menampilkan berbagai jenis tutupan lahan di Kabupaten Lamandau. Citra-citra ini memberikan visualisasi yang jelas tentang perubahan lingkungan dan pola penggunaan lahan, sekaligus mendukung analisis lebih mendalam mengenai kondisi geografis dan ekologis wilayah tersebut. Setiap citra menyoroti detail spesifik yang memungkinkan identifikasi perbedaan serta karakteristik unik dari tiap tutupan lahan.
A . Kabupaten Lamandau Dengan Menggunakan Citra NDSI
NDSI (Normalized Difference Snow Index): Indeks ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan salju dan es dengan membedakannya dari awan dan permukaan lainnya. Meskipun umumnya digunakan di daerah bersalju, NDSI juga dapat membantu dalam analisis kelembaban dan genangan air di wilayah tropis.
a) Permukiman:
 Terlihat cerah dengan rona merah, berbentuk tidak teratur dan berukuran kecil hingga sedang. Permukiman biasanya memiliki tekstur halus dengan pola mengelompok di sekitar pusat kota dan sepanjang jaringan jalan. Bayangan tidak terlihat jelas, dan situs berada di dataran rendah hingga sedang, sering kali berdekatan dengan jalan utama dan lahan terbuka.
b) Sawah:
Muncul dengan rona lebih terang, berwarna hijau ke kuningan, berbentuk persegi panjang, dan berukuran lebih kecil daripada hutan. Teksturnya halus dengan pola yang teratur mengikuti kontur irigasi. Bayangan tidak terlihat jelas, dan sawah biasanya berada di dataran tinggi, berasosiasi dengan pemukiman dan jalan.
c) Hutan:Â
Ditandai dengan rona gelap dan warna hijau tua, berbentuk tidak beraturan dan sangat luas. Teksturnya kasar dengan pola tidak beraturan. Bayangan terlihat jelas, dan hutan tersebar secara alami di dataran rendah hingga sedang, tanpa asosiasi khusus dengan obyek lain.
d) Jalan:Â
Terlihat cerah dengan rona abu-abu hingga gelap, berbentuk lurus atau melengkung dan berukuran panjang. Teksturnya halus dan seragam, mengikuti kontur tanah. Jalan terlihat jelas di citra dan umumnya berada di dataran tinggi maupun rendah, menghubungkan permukiman dan lahan terbuka.
e) Kebun Sawit:Â
Muncul dengan rona gelap dan warna hijau tua, berbentuk teratur dalam petak-petak, berukuran sedang hingga luas. Teksturnya kasar dengan pola tidak teratur dan menyebar. Bayangan kurang terlihat, dan kebun sawit umumnya berada di dataran rendah hingga sedang, dekat dengan jalan dan permukiman.