Mohon tunggu...
Eka WidiasariMPsiPsikolog
Eka WidiasariMPsiPsikolog Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto Psikolog Assossiate pada Biro Psikologi Purwokerto Anggota Ikatan Psikolog Klinis Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Bagaimana Mengelola dan Mengatasi Perasaan Sedih dan Takut Anak?

7 Februari 2022   11:17 Diperbarui: 7 Februari 2022   16:00 2532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sedih dan takut. Sumber: iStockphoto/katarzynabialaslewicz via bobo.grid.id

Aku mengangguk dan berfikir bahwa ternyata ini yang dirasakannya selama ini, kesedihan dan ketakutan. El dapat menggambarkan atau menceritakan perasaannya saat dirinya sudah merasa tenang dan lebih nyaman lewat gambar. Disini dia menyadari bahwa yang sedang dialaminya adalah emosi sedih dan takut.

Dokpri
Dokpri

Ini merupakan sedikit peristiwa dari dinamika kehidupan anak-anak kita yang perlu kita perhatikan. Senang, marah, sedih, takut, jijik, terkejut merupakan emosi dasar. Emosi merupakan " Grammar of Social Living" (Cowen et.al.,2019) bahwa emosi adalah bahasa social manusia  maka sebagai makhluk social, anak perlu belajar hal tersebut. Butuh kesiapan dan kemauan untuk dapat menyadari, memahami dan mengelola emosi tersebut. Peristiwa itu merupakan moment penting untuk kami, terutama El, belajar mengenai emosi takut dan sedih.

El sudah menyadari bahwa dirinya sedang sedih dan juga takut, memahami bahwa ada tangis dalam kesedihan dan ketidaknyamanan dalam ketakutan. Tantangan kami sebagai orang tua adalah mengenalkan El cara menghadapi dan mengelola kesedihan dan rasa takut tersebut. 

Salah satu cara kami untuk mengenalkan mengelola rasa sedih dan takut dengan permainan " Bubble Breath". Bubble Breath adalah cara untuk mengenalkan kepada anak mengenai teknik relaksasi nafas dengan menggunakan media bubble. Bahan yang dibutuhkan adalah sabun, air, lidi, dan karet (Jika ingin membuatnya sendiri), namun jika ingin membelinya sudah banyak sekali dipasaran dengan harga yang sangat terjangkau. Cara melakukanya dengan langkah sebagai berikut :

  • Bunda meniup bubble diruangan agar ruangan terisi banyak gelembung.
  • Anak diminta untuk mememecahkan gelembung - gelembung tersebut
  • Bunda mencontohkan kepada ananda dengan cara menghirup udara dari hidung dan mengeluarkan udara dari mulut secara berlahan sembari meniup bubble. Kemudian diikuti oleh ananda
  • Ananda  diminta untuk meniup gelembung sampai menghasilkan satu gelembung yang besar. Jika gelembung tersebut besar artinya ananda telah melakukan teknik pernafasan dengan benar
  • Selanjutnya Bunda menyampaikan kepada ananda bahwa ketika ananda sedang sedih , takut atau merasa tidak nyaman otak memerlukan banyak udara, yang mengakibatkan paru-paru harus bekerja lebih keras untuk menyediakan udara tersebut. Namun, ketika mereka melakukan pernafasan dalam, otak akan memberitahu kepada hati untuk tenang dan paru-paru akan bekerja lebih tenang.
  • Terakhir, bunda menyampaikan kepada ananda bahwa jika sedang merasakan sedih, takut atau tidak nyaman maka mereka bisa mengatasinya dengan tarik nafas dalam-dalam dan keluarkan secara perlahan-lahan atau bermain " Bubble Breath". (Hall, et al.,2002).

Dokpri
Dokpri

Referensi 

Hall, Kaduson, and Schaefer, Fifteen Effective Play Therapy Techniques, Professional Psychology: Research and Practice Copyright 2002 by the American Psychological Association, Inc. 2002, Vol. 33, No. 6, 515--522.

Cowen, Kletner, Souter, Tracy, Emotional Expression: Advances in Basic Emotional Theory : Journal of Nonverbal Behavior, June 2019. DOI: 10.1007/s10919-019-00293-3.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun