Mohon tunggu...
Eka WidiasariMPsiPsikolog
Eka WidiasariMPsiPsikolog Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto Psikolog Assossiate pada Biro Psikologi Purwokerto Anggota Ikatan Psikolog Klinis Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Bagaimana Mengelola dan Mengatasi Perasaan Sedih dan Takut Anak?

7 Februari 2022   11:17 Diperbarui: 7 Februari 2022   16:00 2532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sedih dan takut. Sumber: iStockphoto/katarzynabialaslewicz via bobo.grid.id

Pagi, setelah El pulang sekolah (Usia 5 tahun, sekolah TK kecil), dia berkata " Bunda, tadi disekolah aku siap-siap nangis", dengan wajah murung. "Kenapa?" El geleng-geleng kepala dan menunduk. "cerita nya gimana?", kok siap-siap nangis'?", tidak ada suara dan diam. 

Sore hari kami pulang bersama memasuki lift kampus tempat saya dan suami bekerja. Kembali saya bertanya, "tadi disekolah, siap-siap nangis, ceritanya gimana?", El menghela nafas dan mengatupkan bibirnya. Ayahnya menatap ke saya dengan satu kata "plek". Plek maksutnya adalah cara anak saya merespon masalah yang berat sama seperti saya " diam". Hari pun larut malam dan semua berjalan seperti biasa.

Pagi kembali datang menyapa mata yang terang, saya memasak dan meyapu, suami saya mencuci piring dan menjemur pakaian, setelah itu kami makan dan mandi. Pagi itu El tidak mau mandi karena tidak mau berangkat sekolah, kami membujuknya. 

Akhirnya setelah cukup lama El mandi dan setelah itu memakai baju sambil menangis, tetap berangkat sekolah. Sepulang sekolah gurunya berkata kepada ayah bahwa hari ini El sedih terus, kami tidak tau bahwa arti sedih itu menagis hampir sepanjang jam sekolah. Ketika pulang El memakai topi semut buatanya, cerita tentang proses membuat topi, tetap diam tentang apa yang dirasakannya. 

Hari rabu, EL benar-benar mogok tidak mau sekolah, "aku takut bunda". Katika aku Tanya 'takut apa?" el tidak mau jawab.  Kami terus membujuk untuk tetap sekolah dan saya berjanji akan menemaninya saat disekolah hingga pulang. 

Aku gandeng El saat memasuki gerbang sekolah, ketika masuk gerbang El pegang tanganku erat sekali dan melihat ke satu sudut sekolah, aku ajak El menuju kelas untuk menaruh tasnya, kebetulan hari itu aktivitas disekolah adalah olahraga sehingga semua teman-teman beraktivitas didepan sekolah. Menuju ruang kelas tangisnya semakin deras. Guru El mendatangiku dan menceritakan kejadian hari selasa, "El menangis sepanjang sekolah tapi tetap berkegiatan bersama teman-teman dan menjawab pertanyaan" cerita sang guru. 

Aku sampaikan pada gurunya bahawa el takut, namun  kami sendiri belum memahami apa yang ditakutkan. Kami coba meraba kenapa El terus seperti itu. Aku temani El ditangga sekolah hingga El tenang sambil bercerita apa yang kami lihat pada saat itu, bunga mawar, pohon cabe, kupu-kupu dan semut, hal itu bisa menurunkan ketegangan El. Sampai el bertanya, "mau disini terus bunda?", "El mau sama temen-temen?". "Iya" Jawabnya, "Tapi ditemenin bunda". 

Kamipun berjalan ke halaman sekolah dan melihat keseruan pertandingan olahraga itu. Sampai ditempat bermain kamipun duduk, aku perhatikan El yang sedang mengamati sekitarnya, ada 1 anak yang sedang bermain El mengatakan , "itu bunda kuatkan orangnya, itu yang jahat", itu, itu" sembari menunjuk beberapa orang, akupun mengangguk. 

Kemudian El bergegas bermain bersama teman-temanya, mengikuti aktivitas yang sudah disiapkan sekolah. Malam hari saya coba berdiskusi dengan El bersama suami, ditempat tidur kami bertiga bercerita dan mendengar keresahan yang dialami el, sesekali el menangis sambil cerita.

Satu minggu kemudian, saat El sudah mampu menghadapi ketakutannya. El menggambar , gambar seorang anak yang sedang menangis dan seorang anak berbadan besar yang sedang tertawa dan bola-bola disekitarnya. El datang ke saya dan menunjukkan gambar tersebut " bunda ini anak kecil yang lagi nangis, ini ada anak besar main bola, bolanya dua, anak kecil pinjem  bola, gak boleh terus anak kecilnya dipukul" kata El. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun