Mohon tunggu...
Eka Wartani
Eka Wartani Mohon Tunggu... Guru - Guru Taman Kanak-Kanak/Kepala Sekolah/Mahasiswa Pasca Sarjana Prodi PAUD

Pemerhati pendidikan Anak usia dini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemecahan Shohih Uqdah Al Kubro' Terhadap Malaikat, Takdir, Qadha dan Qadar

30 Desember 2023   07:22 Diperbarui: 30 Desember 2023   07:33 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Qadha merujuk pada ketentuan atau keputusan Allah mengenai sesuatu yang sudah terjadi atau tengah terjadi. Ini adalah realisasi dari takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Dengan kata lain, qadha adalah apa yang telah Allah tetapkan untuk terjadi dalam kenyataan, dan ini dapat mencakup berbagai peristiwa dalam kehidupan manusia seperti kelahiran, kematian, penyakit, dan lain sebagainya. Manusia tidak memiliki kendali atas qadha, karena itu adalah hasil dari takdir yang telah ditentukan oleh Allah.

Qadar adalah pemahaman manusia tentang takdir dan qadha. Ini mencakup keyakinan bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Kuasa, dan Dia telah menetapkan segala sesuatu dengan kebijaksanaan-Nya. Qadar juga mencakup keyakinan bahwa manusia memiliki kebebasan berpilihan dalam tindakan mereka, meskipun Allah telah menetapkan takdir mereka. Dengan kata lain, meskipun manusia memiliki kebebasan untuk membuat pilihan, Allah sudah tahu apa yang akan mereka pilih sejak awal.

Uqdah al-kubro’ yang berkaitan dengan iman kepada takdir, qadha dan qadar adalah munculnya paham-paham dalam memahami takdir qadha dan qadar:

  • Paham Qadariah/Muktazilah
  • Manusia memiliki kehendak, kekuatan, kebebasan untuk berbuat atau tidak berbuat terlepas dari kehendak takdir Allah
  • Paham Jabariah
  • Manusia tidak memiliki kekuasaan untuk memilih, ia harus pasrah dengan ketetapan Allah
  • Paham Asyari’ah/Ahlussunnah
  • Paham ini berpendapat bahwa sesungguhnya pada diri manusia ada kehendak berbuat dan ada khasiat yang melahirkan perbuatan. Semua itu diciptakan Allah tatkala seseorang memulai melakukan suatu perbuatan, sampai pada suatu batas, pada batas itulah Allah menentukan jadi-tidaknya perbuatan tersebut. Jadi, ketika seseorang akan/ sedang berbuat maksiat atau perbuatan terpuji, ketika itulah Allah menciptakan perbuatan tersebut bagi si hamba.

Pemecahan masalah ini bahwa manusia harus memahami bahwa sesungguhnya, jika kita meneliti suatu perbuatan/ kejadian, yang dilakukan atau yang menimpa manusia, akan kita jumpai bahwa manusia itu hidup dan beraktivitas dalam dua jenis perbuatan, yaitu:

  • Perbuatan yang berada di bawah kontrol manusia, yang timbul karena semata-mata pilihan dan keinginannya sendiri. Perbuatan ini akan di hisab dan ada balasan surga dan neraka.
  • Perbuatan yang berada di luar kontrol dan keinginan manusia. Pada bagian ini manusia berbuat atau terkena perbuatan yang berada di luar kemampuan dan ke- hendaknya. Manusia dipaksa menerimanya, tidak ada hisab atas apa yang terjadi.

Qadha dan qadar adalah salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Qadha berarti ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum terjadi, sedangkan qadar berarti terwujudnya ketetapan tersebut. Dalam hal ini, Allah SWT adalah Maha Mengetahui, Maha Kuasa, dan Maha Bijaksana atas segala ciptaan-Nya.

Namun, ada beberapa orang yang mengalami keraguan atau kebingungan dalam memahami qadha dan qadar. Mereka bertanya-tanya tentang hubungan antara takdir Allah SWT dengan kehendak bebas manusia. Apakah manusia bisa mengubah takdirnya? Apakah manusia bertanggung jawab atas perbuatannya? Apakah manusia harus berusaha atau berserah diri kepada takdir?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita perlu memahami pemecahan sohih uqdah al- kubro’ terhadap qadha dan qadar. Uqdah al- kubro’ berarti simpul besar yang sulit diurai, yaitu masalah qadha dan qadar. Pemecahan sohih berarti penyelesaian yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam.

Pemecahan sohih uqdah al- kubro’ terhadap qadha dan qadar adalah sebagai berikut:

  • Mengimani bahwa Allah SWT telah mengetahui segala sesuatu sejak zaman azali, dan menulisnya di lauh al-mahfuz. Ini menunjukkan sifat ilmu Allah SWT yang sempurna dan tidak terbatas.
  • Mengimani bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu dengan takdir-Nya, baik yang baik maupun yang buruk. Ini menunjukkan sifat qudrah Allah SWT yang mutlak dan tidak terhalang.
  • Mengimani bahwa Allah SWT memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk memilih dan bertindak. Ini menunjukkan sifat iradah Allah SWT yang adil dan bijaksana.
  • Mengimani bahwa Allah SWT memberikan balasan atau hukuman kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Ini menunjukkan sifat adl Allah SWT yang maha hakim dan maha pengasih.

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa qadha dan qadar tidak bertentangan dengan kehendak bebas manusia, melainkan saling berkaitan. Manusia harus berusaha untuk mengubah takdirnya yang muallaq (bisa berubah), tetapi juga harus berserah diri kepada takdirnya yang mubham (tidak bisa berubah). Manusia juga harus bertanggung jawab atas perbuatannya, karena Allah SWT akan memberikan balasan atau hukuman yang sesuai dengan keadilan-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun