Mohon tunggu...
Eka Wahyu hidayat
Eka Wahyu hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa semeter awal yang tertarik tentang arsitektur bangunan dan interior design

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengatasi Kerisis Iklim: Dampak Kerusakan Ekosistem Terhadap Perubahan Cuaca Ekstrem di Dunia

22 Oktober 2024   21:39 Diperbarui: 22 Oktober 2024   21:50 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Mengatasi Krisis Iklim: Dampak Kerusakan Ekosistem Terhadap Perubahan Cuaca Ekstrem di Dunia

Pekan ini, berbagai negara di dunia menghadapi cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi, mulai dari badai besar hingga kebakaran hutan. Fenomena ini memicu kekhawatiran global tentang semakin parahnya perubahan iklim. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap krisis ini adalah rusaknya ekosistem, termasuk deforestasi, pencemaran laut, dan degradasi lahan basah. Bagaimana kerusakan ini mempengaruhi iklim dunia, dan apa langkah-langkah yang bisa kita ambil untuk menghentikan dampaknya?

Ekosistem dan Siklus Karbon:

Hutan, lautan, dan tanah adalah komponen utama dalam siklus karbon global, yang berperan penting dalam mengatur iklim dengan menyerap karbon dioksida (COâ‚‚) dari atmosfer. Hutan adalah sumber kehidupan bagi makluk hidup di muka bumi, hutan memiliki peran penting dalam membantu mengatasi perubahan iklim dan berperan sebagai penyerap karbon dan penjaga kesuburan tanah. Sebagai penyerap karbon yang alami, ekosistem hutan terdapat proses fotosintesis yaitu proses penyerapan CO2 (karbon dioksida) dari udara dan proses pengubahan CO2 (karbon dioksida) menjadi O2 (oksigen). Hutan yang ada di dunia diperkirakan dapat menyimpan sekitar 861 miliar ton karbon. Itu artinya hutan dapat menjadi jantung dunia dari paparan karbon. Hutan menyerap CO2 dari atmosfer melalui fotosintesis dan menyimpannya dalam biomassanya.Adapun lautan yang merupakan salah satu penyerapan karbon dinamis terbesar di dunia, dan rentan terhadap peningkatan emisi karbon dari aktivitas manusia. Bahkan, sekitar 50 % dari total karbon yang dilepas diserap oleh laut. Oleh karena itu, laut memainkan peran utama dalam memperlambat laju perubahan iklim global dengan menyerap COâ‚‚ dari atmosfer dan menyimpannya sebagai karbon. Fakta ini merupakan salah satu manfaat besar laut di era perubahan iklim saat ini. Tanah, sebagai penyimpan karbon, menyerap karbon dari dekomposisi bahan organik. Pengelolah lahan yang buruk, seperti pertanian intensif atau penggundulan hutan, menyebabkan pelepasan karbon yang tersimpan kembali ke atmosfer. Ketika ekosistem alami rusak, bumi kehilangan kemampuan alaminya untuk mengimbangi emisi karbon, mempercepat perubahan iklim dan memicu cuaca ekstrem

Fenomena Cuaca Ekstrem:

 Cuaca ekstrem seperti badai dan kebakaran hutan telah menjadi lebih sering dan intens akibat perubahan iklim. Sebagai contoh, Badai Milton yang baru-baru ini melanda kawasan pesisir di Atlantik Utara menunjukkan intensitas yang luar biasa, sebagian besar didorong oleh suhu laut yang lebih hangat. Lautan yang menyerap panas akibat pemanasan global mempercepat pembentukan badai tropis yang lebih kuat. Angin kencang, curah hujan yang tinggi, dan gelombang badai lebih parah terjadi karena energi yang tersedia untuk badai ini meningkat seiring dengan kenaikan suhu laut.

Kebakaran hutan besar seperti yang terjadi di Kanada baru-baru ini juga menjadi lebih sering karena perubahan iklim. Suhu yang lebih tinggi dan periode kering yang lebih panjang menciptakan kondisi ideal untuk kebakaran. Selain itu, deforestasi memperburuk situasi dengan menghilangkan tutupan vegetasi yang biasanya membantu menjaga kelembaban tanah dan mencegah kebakaran menyebar. Di sisi lain, pencemaran laut juga memperburuk dampak cuaca ekstrem, terutama di wilayah pesisir, dengan mengurangi kapasitas ekosistem laut seperti terumbu karang untuk melindungi pantai dari badai besar.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana perubahan iklim, didorong oleh deforestasi dan pencemaran laut, memperparah cuaca ekstrem. Selain meningkatnya suhu global, gangguan terhadap ekosistem alami memperburuk dampak cuaca yang semakin tidak terprediksi.

Kebijakan Global dan Solusi Lokal:

Untuk menghadapi perubahan iklim yang semakin parah akibat kerusakan ekosistem, negara-negara di seluruh dunia telah menyepakati langkah-langkah kolektif. Salah satu kesepakatan global paling penting adalah Kesepakatan Paris. Negara-negara yang menandatangani kesepakatan ini berkomitmen untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius dan mengupayakan batas hingga 1,5 derajat Celsius. Perjanjian ini menuntut negara-negara untuk menurunkan emisi karbon secara drastis, termasuk melalui reboisasi, perlindungan ekosistem laut, dan transisi menuju energi terbarukan.

Di tingkat lokal, berbagai komunitas telah mengambil langkah untuk mengurangi kerusakan ekosistem. Misalnya, program reboisasi di banyak negara tropis bertujuan untuk memulihkan tutupan hutan yang hilang, yang penting untuk menyerap karbon dan mengatur iklim. Penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin juga diadopsi oleh komunitas lokal untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, program konservrsi laut dan restorasi terumbu karang di berbagai negara pesisir bertujuan untuk memulihkan ekosistem laut yang berperan penting dalam menyerap karbon dan melindungi wilayah pesisir dari badai besar.

Secara keseluruhan, keberhasilan dalam menangani perubahan iklim sangat bergantung pada upaya kolektif baik di tingkat global melalui kebijakan, maupun di tingkat lokal dengan solusi konkret untuk melindungi dan memulihkan ekosistem.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun