Mohon tunggu...
Eka Syifa Andrini
Eka Syifa Andrini Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Tadris Ips/Sosiologi/Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Eksplorasi Kepercayaan Diri Anak SMA/Sederajat : Memahami Konsep Diri Menurut Elizabeth Hurlock

8 Desember 2024   17:35 Diperbarui: 8 Desember 2024   19:40 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Di dunia Pendidikan, setiap anak memiliki potensi yang unik, termasuk anak-anak ;yang lambat dalam berpikir. Akan tetapi, mereka Sering Kali menghadapi tantangan yang lebih besar dalam membangun kepercayaan diri. Bagaimana anak tersebut dapat mengatasi tantangan, kegagalan dan cara untuk membangun konsep diri yang positif menurut Elizabeth Hurlock? Mari kita dengarkan kisah inspiratif dari MF, ia merupakan seorang anak yang ceria dan penuh semangat. Ia bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri Jakarta yang terletak di daerah Menceng dan duduk dibangku kelas 10. meskipun ia anak memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dan berpikir cepat, MF memiliki bakat yang luar biasa dalam mengumandangkan adzan. Melalui pengalamannya, MF berbagi bagaimana ia belajar untuk membangun kepercayaan diri dan menghadapi tantangan sehari-hari.                      

Konsep Diri Menurut Hurlock

            Elizabeth Hurlock menjelaskan bahwa konsep diri adalah pandangan individu tentang diri mereka sendiri, yang mencakup keyakinan, nilai, dan persepsi terhadap kemampuan diri. Hurlock membagi konsep diri menjadi dua kategori : positif dan negatif.

  • Konsep Diri Positif : Ditandai dengan keyakinan terhadap kemampuan diri, penerimaan terhadap keterbatasan, dan rasa percaya diri yang tinggi. Anak-anak dengan konsep diri positif cenderung lebih tangguh dan mampu menghadapi tantangan.
  • Konsep Diri Negatif: Dapat muncul akibat pengalaman buruk atau kurangnya dukungan. Anak-anak dengan konsep diri negatif sering merasa tidak mampu, rendah diri, dan cenderung membandingkan diri dengan orang lain secara merugikan.

1. Kepercayaan Diri Di Sekolah

MF mengungkapkan bahwa, "Guru dan temannya disekolah baik." Pengalaman positif ini memberinya dorongan untuk lebih percaya diri, terutama ketika teman-temannya mengagumi suaranya. "Ketika saya dipanggil untuk mengumandangkan adzan, itu membuat saya merasa sangat bangga," tambahnya.

2. Minat Dalam Pembelajaran

Saat ditanya tentang apa yang membuatnya tertarik saat belajar, MF menjawab, "Saya suka mata pelajaran informatika karena menguasai dunia komputer" Materi pengajaran yang menarik membuatnya lebih bersemangat untuk belajar dan berpartisipasi aktif di kelas.

3. Menghadapi Kegagalan

MF juga berbagi tentang bagaimana ia menghadapi kegagalan. "Kadang-kadang, saya merasa sedih ketika tidak bisa menjawab pertanyaan di kelas. Tapi ibu selalu bilang, 'Tidak apa-apa untuk gagal, yang penting adalah mencoba lagi.'" Dengan dukungan tersebut, MF belajar untuk memotivasi dirinya sendiri. "Saya bilang pada diri saya, 'Saya harus semangat belajar lebih giat dan saya bisa melakukannya!' dan mencoba lagi." Selain itu MF pun mengingat apa cita-citanya untuk memotivasi dirinya lebih bersemangat dalam belajar. "Saya ingin mencapai cita-cita menjadi TNI AD" tambahnya.

4. Mengatasi Tantangan

Menghadapi tantangan di sekolah bukanlah hal yang mudah bagi MF. "Ketika saya merasa tidak percaya diri, saya mencoba untuk tidak menghiraukan hal-hal yang tidak baik," ujarnya. MF menyadari bahwa mengabaikan hal yang tidak baik adalah langkah utama untuk tetap merasa percaya diri.

5. Pandangan Positif Terhadap Diri Sendiri

Meskipun MF memiliki kekurangan, ia berusaha untuk memandang dirinya secara positif. "Saya tahu saya berbeda, tapi saya juga punya kelebihan. Saya bisa mengumandangkan adzan dengan baik!" MF percaya bahwa masih banyak orang yang lebih kurang dari pada saya setiap orang memiliki keunikan dan kekuatan masing-masing, dan itu membuatnya merasa lebih baik tentang dirinya sendiri.

6. Perasaan Kurang Mampu

Namun, MF juga mengakui bahwa ada saat-saat ketika ia merasa kurang mampu. "Kadang-kadang, saya merasa berbeda dengan teman-teman saya, terutama saat mereka bisa melakukan hal-hal yang saya tidak bisa." Perasaan ini bisa membuatnya merasa sedih, tetapi ia berusaha untuk tidak membiarkannya menghalangi semangatnya.

7. Situasi Yang Menyebabkan Emosi Negatif

MF menceritakan satu kejadian di sekolah yang membuatnya merasa sedih. "Suatu hari, punggung saya tiba-tiba dipukul oleh teman saya, saya tidak tahu apa alasannya da memukul saya. Saya sangat sedih karena tidak melakukan kesalahan apapun." Namun, ia belajar bahwa memaafkan hal kecil itu bukan menjadi masalah yang berat dan berusaha untuk tetap positif.

8. Nilai Di bawah Rata-Rata

Ketika ditanya tentang nilai akademisnya, MF menjelaskan, "Kadang-kadang saya mendapatkan nilai di bawah rata-rata karena saya kesulitan memahami pelajaran tertentu dan pada saat ujian saya bingung untuk menjawabnya." Ia menyadari bahwa ada faktor-faktor yang menghambat kemajuannya yaitu kurang fokus dan sering terburu-buru dalam mengerjakan tugas, tetapi ia bertekad untuk terus belajar dan memperbaiki diri.

9. Rasa Ragu Untuk Mencoba

MF juga pernah merasa ragu untuk mencoba hal-hal baru. "Saya ragu dengan olahraga karena saya merasa takut jatuh dan mudah lelah. Tapi saya berusaha untuk melawan rasa takut itu," katanya. Dengan dukungan dari guru dan teman-temannya, MF belajar untuk mengatasi rasa ragu dan berani mencoba.

10. Kejenuhan Saat Belajar

Terakhir, MF mengakui bahwa ia kadang merasa jenuh saat belajar. "Iya, pelajaran terasa membosankan jika ada perhitungan seperti matematika karena saya pusing dalam menghitung dan menghafal rumus. Tapi saya suka ketika guru membawa permainan ke dalam kelas!" Ia percaya bahwa menghitung dapat membantu menjaga minat dan semangat belajar.

Kisah MF adalah contoh nyata tentang bagaimana anak yang lambat dalam perkembangannya dapat membangun kepercayaan diri meskipun menghadapi berbagai tantangan. Dengan dukungan dari keluarga, guru, dan teman-teman, MF belajar untuk menerima diri sendiri dan terus berusaha. Seperti yang MF katakan, "Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun