Mohon tunggu...
Eka Swardhana
Eka Swardhana Mohon Tunggu... -

Sweet seventen telah berlalu hihi :) blog: ekaswardhana.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sir William #3

9 Januari 2015   21:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:28 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Selepas pulang dari hutan Ibra berfikir keras, sesekali ia mengeryitkan dahinya. “Tek,,tek,,tek,,” bunyi keyboard yang menemaninya malam itu. Ibra terus mencari akal.

“Bung, bagaimana ini? Apa kau sudah dapat kabar beritanya?” telepon Ibra pada salah seorang temannya.

“Akh, Bra belum. Mereka semua molor. Maafkan Aku tak bisa membantu. Aku cuma bawahan biasa!” suara di sebrang sungguh mengecewakan.

Dari kantor pengadilan tak ada hasil. “Fiuh!!” Ibra mendesah. Ia menjatuhkan punggungnya ke badan kursi. Rasanya tak ada lagi harapan.

***

“Hey Sir keparat! Apa kau baik-baik saja? Lama tak berjumpa?” tawa renyah Ibra membuka pembicaraan. Ibra menelfon rivalnya itu.

“Ya. I’m fine. Ada apa anak ingusan? Kupikir kau sudah hilang ditelan bumi?”

Terlalu dini meyebut Ibra anak ingusan. Secara, Ibra sudah berumur 20-22 tahunan.

“Syukurlah kalau begitu. Bagamana proyekmu? Apakah masih berjalan lancar?”

“Tak ada masalah. Everything is ok! Kau kemana saja? Proyekku nyaris tak ada halangan sedikitpun semenjak kau tak ada. Haha,,” Tawa tuan inggris terbahak.

“Apakah kau rindu denganku? Layaknya orang kasmaran saja kau Sir! Sebentar lagi Aku akan menemuimu! Sekaligus membawa kejutan untukmu.”

“Haha...”

“Hey sir, sebaiknya kau menyerah sajalah. Sebelum Aku bertindak lebih jauh! Aku tak ingin bertele-tele denganmu.”

“Apa maksudmu?”

“Jangan seperti anak ingusan seperti itu Sir, Aku sudah bosan dengan orang biadab sepertimu!”

“Kurang ajar, Aku tak akan kemana-mana. Sebaliknya kau akan Aku singkirkan, jika kau kembali lagi!” darahnya mendidih,

“Haha,, apa katamu? Aku bukan pemuda bodoh tempo hari yang bisa kau mainkan Sir! Haha,, baiklah jika kau tak mau menyerahkan diri. Tunggu Aku!” sambungan telepon terputus.

“Akh sialan, berani-beraninya ia mengancamku!” asap rokok mengepul dari cerutu dan mulutnya membuat seisi ruangan penuh dengan asap abu-abu. Terlihat gurat-gurat kecemasan di mukanya. Sesuatu yang pahit dan hitam akan terjadi, lebih pahit dan hitam dari kopi yang ia minum. “Prang!!” sebuah gelas melayang dari tangannya, nampak kemarahan yang membabi buta. “Tamat riawayatmu!” ia berbisik sambil mengepalkan tangannya.

*

“Selamat siang!” seru salah seorang polisi. Polisi itu memborgol kedua tangam Sir Wiliam. “Tuan kami tangkap!” polosi terus bertele-tele.

“Hey, Aku tak bersalah, Aku perlu bukti, mana buktinya?” ia memberontak menggoyang-goyangkan lengannya yang sudah di borgol.

“Tuan ini ada telfon!” pesuruhnya menyodorkan telepon ke telinganya.

“Bagaimana dengan kejutanku Sir?? Apakah kau suka? Kuharap kau menyukainya!!! Haha” Ibra berdecak puas, tawa eksotisnya membakar suasana hati Sir William menjadi semakin panas.

“Keparat, kurang ajar. Ternyata ini kelakuanmu!!” matanya menjadi merah menyala.

“Ya. Ini kado dariku. Selamat menikmati! Haha” “tut..tut,,” sambungan telepon terputus lagi.

“Haaahhh...” “prang!” handphonenya ia banting. Ia pergi meninggalkan markas kebesarannya dengan kawalan ketat para polisi. Dilihatnya pula Ibra yang ada di bawah pohon jati sedang menontonnya dan tersenyum puas. Tuan Sir menundukan pandangan, tangannya mengepal. Tersisa dendam di hatinya yang mengembara. Ia memasuki mobil polisi dan berlalu meninggalkan semua keserakahannya.

Sementara Ibra berbalik badan menuju rumahnya, setelah ditinggalkan beberapa bulan lamanya karena ia di fitnah Tuan Sir bermain api dengan salah satu gadis di desa itu.

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun