Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Fakta atau Fiksi

17 Maret 2019   05:40 Diperbarui: 17 Maret 2019   05:49 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Semua sudah berubah Bro.   Kamu sudah punya Indri dan kedua anakmu.  Rena juga sudah bersuami dan memiliki dua puteri. "

"Aku... Aku hanya ingin dia tahu aku masih mencintainya lewat novel ini"

"Novel berisi cerita fakta yang kamu fiksikan? "

"Ya begitulah.  Rena adalah inspirasiku"

"Bro,  maaf nih kalau aku akhirnya ikut turut campur.  Biarlah perasaanmu itu hilang bersama beredarnya novelmu di pasaran.  Sebab,  yang aku tahu tidak mudah mempertahankan ikatan pernikahan.  Aku tak ingin ikatan pernikahan kalian berdua retak hanya gegara kenangan masalalu yang tertulis di setiap bab yang kau tulis"

Hening.  

Sahabatku Leo benar adanya.  Keluarga kecilku cukup banyak mendapat guncangan. Mertuaku yang ternyata membenciku. Istriku yang ternyata tidak  sebaik yang kupikirkan.  Anak-anakku yang mendapat penyakit jantung bawaan.  Ah,  memang semua terasa begitu sulit.  Apa aku telah melakukan kecurangan ingin menyeret Rena dalam kehidupanku yang kacau ini.  Bukankah dengan membiarkannya bahagia adalah bentuk kasih sayangku padanya. Aku yang telah menyakitinya sepuluh tahun yang lalu apakah belum juga puas dengan kesedihan yang dialaminya. 

"Oke trims Bro" kataku pada Leo. 

Leo terdengar menghela napas pelan.  Tugasnya sudah selesai. Dirinya telah menemukan Rena.  Dirinya telah tahu kondisi Rena yang sebenarnya. 

"Aku berharap kau pun bahagia,  Bram" kata Leo mengakhiri pembicaraan kami. 

Kumatikan ponselku.  Hatiku terluka. Aku yang menaruh rindu,  aku yang mengutuk rindu,aku yang membuang rindu. Kuseduh secangkir kopi buatan istriku lalu kembali menatap laptopku. Aku akan membuat kisah terbaru. Bisa jadi novel ketigaku. Tentang elegi sebuah rindu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun