Mohon tunggu...
Eka Soleha
Eka Soleha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tradisi Rebo Bontong di Bulan Syafar

10 Juni 2024   14:04 Diperbarui: 10 Juni 2024   14:14 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya pelestarian tradisi Rebo Bontong terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah desa, tokoh agama, dan tokoh adat. Tradisi ini juga dipromosikan sebagai salah satu daya tarik wisata budaya di Desa Sayang-Sayang. Dengan berbagai upaya pelestarian tersebut, diharapkan tradisi Rebo Bontong akan terus dilestarikan dan menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.

Lebih dari sekadar tradisi mandi, Rebo Bontong menyimpan makna mendalam yang diyakini mampu tolak bala dan mendatangkan keselamatan bagi masyarakat. Tradisi ini menjadi cerminan kearifan lokal dan ketaatan masyarakat terhadap ajaran leluhur, serta memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di lingkungan Rungkang Jangkuk.

Menurut salah satu tokoh agama di Lingkungan Rungkang Jangkuk, Kota Mataram, Ahmad Syamsul Rizal, ritual "Rebo Bontong" telah menjadi agenda tahunan warga setempat yang dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar. Ritual ini sekaligus menandai berakhirnya bulan Safar dan menyambut datangnya bulan Maulid. 

Menurut Ahamd Syamsul Rizal, ritual mandi bersama pada perayaan "Rebo Bontong" merupakan tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun dan dilakukan sejak ratusan tahun silam. Ritual ini diniatkan untuk menyucikan badan demi menyambut perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Masyarakat percaya, barang siapa yang mandi di Rabu terakhir bulan Safar, maka akan menghilangkan sakit selama satu tahun ke depan. Menurut Syamsul, dengan mandi di sungai, maka silaturahmi antar warga semakin terjalin erat. 

Bagi salah satu warga masyarakat Rungkang Jangkuk yakni Jumisah tradisi Rebo Bontong menjadi suatu hal yang berkesan baginya. Di setiap hari acara perayaan Rabo Bontong tersebut ia beserta keluarganya wajib berkumpul untuk ikut mandi bersama di kali. 

Dengan adanya perayaan tradisi ini ia masih bisa bersilaturahmi kepada warga masyarakat yang jarang terlihat. Jumisah berharap tradisi ini akan terus dilestarikan untuk kedepannya. 

Dengan adanya tradisi Rebo Bontong ini bisa mempererat tali silaturahmi dengan berkumpul, mandi dan makan bersama. Jadi mari kita sebagai anak muda melestarikan tradisi-tradisi yang masih ada, tradisi perlu dilestarikan di tengah modernisasi dan globalisasi agar tidak hilang dan hannya menjadi cerita belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun