NAMA : WAYAN EKA SETYAWAN
NIM : 2317041099
PRODI : S1 MANAJEMEN
ROMBEL: 16
Tri Hita Karana adalah sebuah konsep filosofis yang berasal dari Bali, Indonesia. Secara harfiah, Tri Hita Karana berarti "tiga sebab kebahagiaan" atau "tiga tujuan kebahagiaan". Konsep ini mencerminkan pandangan hidup masyarakat Bali yang mengutamakan keselarasan dan keseimbangan antara tiga dimensi utama: hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan sesama manusia (Pawongan), dan hubungan manusia dengan alam atau lingkungan (Palemahan).
1. Hubungan Tuhan dengan manusia: Tri Hita Karana menekankan pentingnya hubungan Tuhan dengan manusia. Ini mencakup praktik keagamaan dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.  Ritual keagamaan, pengorbanan dan penghormatan terhadap dewa, dewi, dan roh leluhur memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat Bali.  Ritual ini rutin dilakukan  untuk menjaga keseimbangan spiritual dan kehadiran positif dunia roh dalam kehidupan sehari-hari. Setiap agama di Indonesia mempunyai konsep reward dan punishment yang diyakini oleh pemeluknya. Misalnya dalam Islam ada konsep "pahala" yaitu imbalan atau imbalan atas perbuatan baik seseorang. Di sisi lain, mengacu pada hukuman atau konsekuensi dari tindakan buruk. Dalam agama Hindu, konsepnya adalah "karma"; yang mencakup makna  pahala dan pahala dimana perbuatan seseorang mempengaruhi nasibnya di kehidupan selanjutnya. Sementara itu, dalam agama Kristen, konsep reward dan punishment juga terdapat dalam ajaran tentang kehidupan setelah kematian. Dengan demikian, konsep tasu dan mahalangan merupakan bagian penting dari kepercayaan agama Indonesia, dan setiap agama memiliki konsep dan ajaran tersendiri mengenai hal tersebut.
2.  Hubungan dengan orang lain : Prinsip Tri Hita Karana lainnya adalah hubungan dengan orang lain.  Hal ini mencakup pentingnya toleransi, kerjasama dan keharmonisan antar manusia dalam masyarakat.  Masyarakat Bali sangat menghargai persatuan dan gotong royong.  Mereka percaya bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan dapat dicapai melalui partisipasi aktif dan saling mendukung dari anggota masyarakat. Indonesia mempunyai beberapa contoh nyata  toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Beberapa contoh nyatanya antara lain:Â
a. Parade Obor Waisak: Umat Buddha di Indonesia merayakan hari raya Waisak dengan mengadakan prosesi obor yang melibatkan perwakilan berbagai agama. Inilah contoh nyata  toleransi antar umat beragama di Indonesia.
 b. Perayaan Natal dan Idul Fitri: Umat Kristiani merayakan Natal dan umat Islam merayakan Idul Fitri di berbagai wilayah Indonesia. Dalam perayaan ini, sering dilakukan kunjungan antar perwakilan agama yang berbeda sebagai bentuk rasa hormat dan toleransi.Â
c. Pembangunan tempat ibadah. Di beberapa daerah, umat beragama saling mendukung dalam membangun tempat ibadahnya. Umat Islam membantu  pembangunan gereja, misalnya, dan sebaliknya sebagai bentuk toleransi dan kerukunan antar umat beragama.  Ini hanyalah beberapa contoh spesifik, namun masih banyak  inisiatif dan kegiatan lain yang menunjukkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Keberagaman ini merupakan salah satu kekayaan bangsa dan  contoh bagi negara lain dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama.Â
3.  Hubungan manusia dengan alam dan lingkungan: Prinsip ketiga Tri Hita Karana  adalah hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitarnya.  Masyarakat Bali menghargai keseimbangan antara manusia dan alam.  Mereka melindungi lingkungan melalui prinsip-prinsip seperti menjaga kebersihan, menghormati alam dan menerapkan praktik pertanian ekologis. Filosofi ini mengajarkan bahwa keseimbangan dengan alam adalah kunci kebahagiaan dan keberlanjutan.
 Prinsip-prinsip ini juga tercermin dalam seni Bali, ritual tradisional dan sistem kepercayaan. Mulai dari interaksi sosial hingga interaksi dengan alam, prinsip-prinsip tersebut merupakan bagian integral dari cara hidup mereka.  Keseimbangan antara manusia, Tuhan dan alam merupakan landasan kuat bagi keselarasan yang diinginkan. Kinerja Tri Hita Karana dapat diperkuat dengan langkah-langkah konkrit. Prinsip Tri Hita Karana memberikan landasan etika dan moral bagi masyarakat Bali dan dampaknya tidak  terbatas pada aspek spiritual, sosial dan lingkungan, tetapi juga mencakup aspek ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Prinsip-prinsipnya masih diteliti untuk mengembangkan pemahaman tentang konsep tersebut. Prinsip Tri Hita Karana:Â
1. Harmoni di Parahyangan: Â Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan atau kekuatan spiritual. Faktor utamanya adalah upacara keagamaan, penghormatan terhadap tempat ibadah dan pengamalan nilai-nilai spiritual. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bali berupaya menjalankan aktivitas keagamaan dengan penuh ketaatan dan menghormati dimensi spiritual.Â
2. Keharmonisan di Pawongan : Â Prinsip ini mengacu pada hubungan sosial antar manusia. Masyarakat diarahkan untuk memelihara hubungan antarmanusia dengan penuh rasa hormat, keadilan, dan empati. Kerjasama dan dukungan antar umat merupakan kunci untuk membangun kehidupan yang adil dan sejahtera. Prinsip ini mengajarkan pentingnya solidaritas dan kepedulian terhadap kebutuhan orang lain.
3. Keharmonisan di Palemahan:  Prinsip ini menekankan keseimbangan antara manusia dan alam. Perlindungan sumber daya alam, pemanfaatan lingkungan secara rasional dan partisipasi aktif dalam kegiatan perlindungan alam menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Tanggung jawab terhadap lingkungan tercermin dalam perilaku  berkelanjutan.  Dampak Tri Hita Karana dalam Kehidupan Sehari-hari:Â
1. Keseimbangan dan kesejahteraan masyarakat:  Dengan menerapkan prinsip Tri Hita Karana, masyarakat Bali menciptakan keseimbangan  positif dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama, dan alam berdampak positif terhadap kesejahteraan kolektif. Masyarakat merasakan kebahagiaan tidak hanya sebagai individu tetapi juga sebagai bagian dari komunitas.Â
2. Perlindungan budaya dan lingkungan: Â Konsep Tri Hita Karana memegang peranan sentral dalam pelestarian budaya Bali. Upacara keagamaan, adat istiadat, dan nilai-nilai spiritual merupakan warisan budaya yang dilindungi dan dilestarikan secara turun temurun. Dari sudut pandang lingkungan hidup, perilaku pelestarian alam merupakan tradisi yang sangat dihargai. 3. Kelestarian dan kelestarian lingkungan hidup: Â Nilai-nilai Tri Hita Karana penting dalam menghadapi permasalahan lingkungan global. Kesadaran akan keseimbangan antara manusia dan alam mendorong manusia untuk melakukan aktivitas berkelanjutan. Pelestarian alam tidak hanya menjadi tanggung jawab negara, namun juga merupakan bagian dari jati diri dan nilai-nilai kehidupan masyarakat.
 4. Pembangunan ekonomi berkelanjutan:  Prinsip Tri Hita Karana dapat diterapkan dalam pembangunan ekonomi  berkelanjutan. Kesadaran akan keadilan sosial dan pelestarian alam menjadi landasan pembangunan ekonomi yang tidak hanya memberikan manfaat bagi individu, namun masyarakat secara keseluruhan.
5. Kerukunan sosial dan kehidupan beragama yang damai:  Tri Hita Karana meletakkan dasar keharmonisan sosial dan kehidupan beragama yang damai dengan menjaga keharmonisan antara manusia dengan Tuhan dan sesama manusia. Toleransi antar umat beragama, menghargai perbedaan dan  saling menghormati merupakan ciri khas masyarakat Bali.
Tantangan dan Peluang dalam Penerapan Tri Hita Karana:
Meskipun nilai-nilai Tri Hita Karana memiliki dampak positif yang signifikan, penerapannya tidak terlepas dari tantangan. Modernisasi, perubahan sosial, dan tekanan ekonomi dapat menguji keberlanjutan dari konsep ini. Namun, tantangan ini juga membuka peluang untuk penyesuaian dan pengembangan yang lebih baik.
Tantangan:
* Â Â Â Â Â Perubahan Sosial dan Modernisasi: Perubahan dalam pola pikir dan gaya hidup masyarakat dapat mengancam keseimbangan tradisional.
* Â Â Â Â Â Tekanan Ekonomi: Dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup, masyarakat dapat dihadapkan pada dilema antara prinsip-prinsip Tri Hita Karana dan kebutuhan ekonomi.
Peluang:
* Â Â Â Â Â Inovasi Berkelanjutan: Mengintegrasikan prinsip-prinsip Tri Hita Karana dalam inovasi ekonomi dan teknologi untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.
* Â Â Â Â Â Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan pemahaman masyarakat melalui pendidikan dan kesadaran akan keberlanjutan nilai-nilai Tri Hita Karana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H