NAMA: Wayan Eka Setyawan
NIM: 2317041099
PRODI: S1 MANAJEMEN
KELAS/ROMBEL: 16
PENGAMPU: I Wayan Putra Yasa, S.Pd, M.Pd
THK SECARA UMUM,dibagi menjadi 3
Parahyangan,parahyangan mengacu pada hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan. Dipercaya bahwa manusia bukanlah satu-satunya makhluk hidup di bumi dan ada makhluk lain yang tidak terlihat oleh mata manusia. Oleh karena itu, masyarakat Bali percaya bahwa mereka harus menjaga hubungan yang harmonis dengan makhluk-makhluk tersebut dan dengan Tuhan. Hal ini dilakukan melalui berbagai upacara keagamaan dan persembahan.
Pawongan,Pawongan mengacu pada hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia lainnya. Dipercaya bahwa manusia adalah makhluk sosial dan harus menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama manusia. Hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan sosial seperti gotong royong, ngayah, dan kegiatan sosial lainnya.
Palemahan,Palemahan mengacu pada hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Diyakini bahwa manusia bukanlah satu-satunya makhluk hidup di bumi dan harus menjaga hubungan yang harmonis dengan alam. Hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan lingkungan seperti penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan kegiatan lingkungan lainnya.
A. THK ADAT ISTIADAT
Tri Hita Karana adalah filosofi yang dipraktekkan secara luas di Bali dan dianggap sebagai cara hidup masyarakat Bali. Ini adalah konsep yang menekankan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. Berikut ini adalah beberapa nilai Tri Hita Karana dalam konteks adat istiadat Bali:
Konsep Tri Hita Karana tertanam kuat dalam budaya Bali dan tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali, termasuk arsitektur, pertanian, dan kegiatan sosial. Sebagai contoh, rumah tradisional Bali dirancang untuk mencerminkan nilai-nilai Tri Hita Karana. Rumah ini dibagi menjadi tiga bagian, dengan bagian pertama mewakili Parahyangan, bagian kedua mewakili Pawongan, dan bagian ketiga mewakili Palemahan.
Selain itu, masyarakat Bali mempraktikkan konsep Tri Hita Karana dalam kegiatan pertanian mereka. Mereka percaya bahwa mereka harus menjaga hubungan yang harmonis dengan alam untuk memastikan panen yang melimpah. Hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan pertanian seperti irigasi, rotasi tanaman, dan praktik pertanian berkelanjutan lainnya.
B. THK DALAM AGAMA HINFU
Nilai-nilai Tri Hita Karana juga tercermin dalam kegiatan sosial masyarakat Bali. Mereka percaya bahwa mereka harus menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama manusia untuk memastikan masyarakat yang damai dan sejahtera. Hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan sosial seperti gotong royong, ngayah, dan kegiatan sosial lainnya.
Penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk mencapai tujuan akhir agama Hindu, yaitu penyatuan Atman (jiwa individu) dengan Paramatman (jiwa universal)
Sebagai kesimpulan, Tri Hita Karana adalah konsep dasar dalam agama Hindu yang menekankan pentingnya hidup selaras dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan. Dengan menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari, orang dapat mencapai kesejahteraan spiritual, sosial, dan lingkungan, yang merupakan tujuan akhir dari agama Hindu.
C. THK ANTAR SUKU
Tri Hita Karana adalah filosofi yang tertanam kuat dalam budaya Bali. Ini adalah konsep yang menekankan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.Penerapan Tri Hita Karana berakar kuat dalam cara hidup masyarakat Bali. Hal ini tercermin dalam praktik, ritual, dan adat istiadat sehari-hari. Sebagai contoh, masyarakat Bali mempraktikkan konsep "gotong royong", yang berarti bekerja bersama untuk kebaikan bersama. Praktik ini didasarkan pada prinsip Pawongan, yang menekankan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Contoh lain dari penerapan Tri Hita Karana adalah sistem irigasi di Bali, yang dikenal dengan nama Subak. Subak adalah sistem irigasi yang didasarkan pada prinsip Palemahan, yang menekankan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan alam. Sistem subak adalah jaringan kompleks kanal, bendungan, dan waduk yang dirancang untuk mendistribusikan air secara merata ke sawah. Sistem ini dikelola oleh sekelompok petani yang bekerja sama untuk memastikan bahwa pasokan air didistribusikan secara adil dan berkelanjutan.
D.THK LINGKUNGAN KELUARGA
Dalam konteks keluarga, ini berarti bahwa anggota keluarga harus sadar lingkungan dan menjaga sumber daya alam di sekitar mereka. Mereka harus mempraktikkan kehidupan yang berkelanjutan dan mengurangi jejak karbon mereka. Hal ini dapat dicapai melalui daur ulang, menghemat air dan energi, dan menggunakan produk ramah lingkungan.
Nilai-nilai Tri Hita Karana dalam konteks keluarga adalah:
Menghormati
Cinta
Komunikasi
Tanggung jawab
Kesadaran lingkungan
Sebagai kesimpulan, nilai-nilai Tri Hita Karana dapat diterapkan dalam konteks keluarga untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling mendukung. Dengan mempraktikkan rasa hormat, cinta, komunikasi, tanggung jawab, dan kesadaran lingkungan, anggota keluarga dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan berkontribusi pada kesejahteraan keluarga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H