Ini adalah kamu yang mempertanyakan sebuah eksistensi dirimu didunia.
Usiamu tahun depan sudah seperempat abad, dan kau mulai mempertanyakan beberapa pertanyaan yang tentu tidak akan kamu suarakan ke orang banyak.
Terutama yang terdekat denganmu.
Karena jika kamu menyuarakan itu kamu dianggap aneh, dianggap tidak normal. Semua keluhanmu adalah emas, layaknya harta bagi mereka yang mengganggapmu aneh. Seakan itu adalah harta yang sudah lama terpendam didalam pasir pantai seperti dicerita-cerita bajak laut pasaran.
Kamu terus mencari validasi tidak berkesudahan, seakan tidak puas dengan hasil yang sudah tertampang didepan realitasmu.
Kamu berbohong pada dirimu sendiri, mencoba mengais sisa-sisa pengakuan dari banyak pihak. Kamu yang pikirannya delapan puluh persen adalah lelah dan dua puluh persennya adalah semangat pantang menyerah.
Hingga akhirnya malaikat menghampiri dan menyapamu.
"Sudah puas berkelananya?" Tanya si malaikat.
Gelengan adalah jawaban tegasmu, dan malaikat pergi karena rasa puas melihat kamu belum menyerah dengan dunia tempatmu berpijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H