Mohon tunggu...
Eka Satria
Eka Satria Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebhinnekaan Indonesia

17 November 2017   06:30 Diperbarui: 17 November 2017   08:24 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama menurut KBBI adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sudah pengetahuan umum bahwa Indonesia telah mengakui 6 agama, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Mayoritas masyarakat di Indonesia adalah beragama Islam.

Sejak sekolah dasar kita telah diajarkan tentang Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang ada pada Garudan Pancasila. Semboyan ini diambil dari kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular. Bhinneka Tunggal Ika berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu." Ini mencerminkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya, ras, agama dan suku bangsa.

Tapi, dizaman yang sudah serba modern ini banyak terjadi kasus yang melibatkan agama masing-masing. Banyak bermunculan kalangan atau kelompok. Seperti yang terjadi pada tahun 2012 di Pontianak, Kalimantan Barat, telah terjadi perang antar agama Islam dan Kristen, bahkan sampai dikabarkan ada seorang muslim tewas dibunuh oleh seorang agama Kristen. Pada era sekarang kita telah diributkan dengan berita-berita yang menyuarakan keburukan-keburukan tiap kelompok agama tertentu yang membuat kita berpikiran buruk terhadap agama atau kelompok tertentu, apalagi banyak juga berita-berita itu merupakan hoax atau tidak benar, hanya akal-akalan seseorang atau sekumpulan orang agar terjadi kericuhan.

Kelompok agama tertentu pastilah memiliki alasan-alasan mengapa mereka melakukan rasisme agama itu. Ada beberapa penyebab konflik antar umat beragama ini, beberapanya adalah karna adanya paham radikal, yaitu menganggap apa yang dipercayainya adalah suatu hal yang paling benar dan yang lainnya salah. Suatu kalangan tidak mempercayai kebenaraan tentang kepercayaan kalangan lain, sehingga mau dibrantas dan meninggikan kepercayaannya diatas kepercayaan lain. Paham ini sudah pastilah tidak mencerminkan kebhinnekaan bangsa Indonesia. Faktor lainnya adalah karna salah dalam memahami isi khotbah.

Setiap manusia memiliki cara pemikiran yang berbeda-beda karna manusia adalah mahluk yang unik dan berakal budi. Tidak jarang manusia salah dalam mengartikan sesuatu. Ambilah contoh, ada orang bilang bahwa Ia sakit hati, orang lain mengartikan bahwa hati yang sakit adalah hati fisik dalam tubuh kita,  padahal yang dimaksud adalah perasaanya yang disakiti orang lain. Dalam kasus agama ini, kadang kita salah mengartikan apa yang sebenarnya ingin disampaikan dan diamalkan pada pribadi kita masing-masing dan kepada orang lain.

Faktor lain lagi adalah kurangnya kesadaran akan kehidupan tentram. Sering kita mengartikan atau membuat pernyataan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Karna pemikiran ini, kita jadi salah kaprah dan membuat orang lain emosi karna merasa kepercayaannya dilecehkan oleh orang lain yang berbeda kepercayaan sehingga mengakibatkan konflik dan pertengkaran dan akhirnya ada korban. Pemikiran ini menjerumuskan kita menjadi mahluk yang individualis, yang memikirkan diri sendiri dant tidak memikirkan orang lain.

Kita sebagai masyarakat Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah sepatutnya menjunjung tinggi semboyan kita, Bhinneka Tunggal Ika. Para pahlawan dimasa lampau sudah memperjuangkan keringat dah semangat mereka agar kita bisa menjadi suatu kesatuan yang didalamnya terdapat unsur yang berbeda-beda. Kita bisa mewujudkan masyarakat yang damai tentram dan terbebas dari radikalisme dengan saling menghormati dan menghargai keberagaman ini.

Kita bisa menjaga kebersamaan antar agama maupun ras di lingkungan ini seperti tidak mengganggu atau ribut sendiri saat ada jemaat yang sedang beribadah, tidak menjelek-jelekan kepercayaan lain yang bisa memicu perpecahan. Kita juga bisa dengan berbaik hati meminjamkan lahan parkir misalkan saat perayaan hari natal karna parkir gereja tidak cukup, kita memperbolehkan umat untuk memparkirkan di masjid yang ada di dekat sana dan sebaliknya, bila saat ada perayaan untuk memperingati hari raya Idul Fitri, bila lahan parkir di masjid tidak cukup.

Kita memperbolehkan untuk meminjamkan lahan parkir gereja terdekat untuk jadi tempat parkir, dan untuk semua kepercayaan di Indonesia, seperti contoh adalah letak gerjea Katedral dan masjid Istiqal yang berdekatan. Dengan sikap saling membantu ini, kita bisa menunjukan kepada negara tetangga dan bahkan seluruh dunia bahwa Indonesia adalah negara yang sangat menghargai keberagaman beragama.

Saya tidak medukung atau memihak satu kelompok atau satu agama, tetapi saya sebagai penulis hanya bisa berharap agar bangsa ini bisa terbebas dari radikalisme atau semacamnya yang bisa memecah belah bangsa ini. Yang saya harapkan hanyalah keutuhan dan keharmonisan antar umat beragama. Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun