Jika salah satu terpancing emosi, jangkan adu mulut. Baku hantam pun bisa terjadi. Sudah lelah dengan beban kerja, di transportasi umum pun tidak bisa sampai rumah dengan tenang dan tentram. Kembali, karena di jam rush hour ini transportasi umum kapasitasnya berbanding terbalik dengan pengguna.Â
Apakah Fasilitasnya sudah Mengcover Kebutuhan Mobilitas Masyarakat?
Konflik di atas hanya salah satu contoh konflik yang pernah terjadi pada moda transportasi umum. Ini jadi pertanyaan baru, apakah moda transportasi yang dimiliki kini sudah mengcover kebutuhan mobilitas masyarakat?
Sebagai pengguna aktif transportasi umum, saya sendiri merasa belum. Namun, bukan berarti buruk ya. Moda transportasi umum kini sudah jauh lebih baik, namun tetap butuh diberlakukan banyak improvement.
Terutama pada jam rush hour (alias pulang kerja), akan jauh lebih baik jika kapasitas yang ada bisa ditambah. Paling tidak tingkat kepadatannya hanya 1,5 kali dari kapasitas yang bisa diterima.
Sehingga, ditengah lelahnya beban kerja para pengguna tidak mudah terpancing emosi karena masih memiliki ruang di dalam transportasi umum.Â
Tingkat kepadatan pada jam rush hour hingga konflik di transportasi umum, akhirnya melahirkan pilihan lebih baik bawa transportasi pribadi aja. Alhasil, tujuan meminimalisir kemacetan pun tidak terbendung.
Apalagi, kini di tengah peluncuran kendaraan bermotor baik motor listrik dan sepeda listrik masyarakat difaslitasi dengan berbagai layanan. Meskipun ramah lingkungan, kampanye ini justru akan menimbulkan masalah baru yaitu kemacetan.
Justru, dengan memastikan bahwa transportasi umum nyaman digunakan akan mendorong lebih banyak pengguna.Â
Kampanye "Ayo Gunakan Transportasi Umum" tidak akan berjalan maksimal jika banyaknya konflik di dalam transportasi tersebut.
Kunci utamanya adalah nyaman dan aman. Sehingga, orang akan beralih dan konflik pun tidak terjadi.Â