Mohon tunggu...
Eka Sarmila
Eka Sarmila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Long Life Learner

Halo! Perkenalkan saya Eka. Menulis adalah cara saya untuk bertukar cerita kepada orang lain pada jangkauan yang lebih luas.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Membaca Siklus Belanja Masyarakat Indonesia: Ini Tips Supaya Jualan Tetap Cuan!

12 Agustus 2023   15:49 Diperbarui: 12 Agustus 2023   17:51 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto. J. Comp dari Freepik.com

Daya beli turun jadi permasalahan untuk para pengusaha. Hal ini bisa berbuntut panjang, bukan cuma sekadar mempengaruhi perolehan keuntungan saja.  Melainkan pada mata rantai perputaran uang, terutama bagi para pelaku kegiatan ekonomi. 

Memasuki kuartal III di bulan Agustus ini, pelaku UMKM mengeluhkan terjadi penurunan daya beli masyarakat. Misalnya, mengutip dari Kompas.tv, meskipun terjadi penurunan bahan pokok di Pasar Peterongan Semarang, daya beli masyarakat justru ikut turun. 

Sayangnya, hal ini justru berbanding terbalik dengan penjualan barang sekunder bahkan tersier. Misalnya, mengutip dari lama kompas.com, memasuki kuartal I tahun ini Corporate Affairs Leads Tokopedia Antonia Adega, menuturkan bahwa penjualan mobil dan motor listrik ditempatnya naik 4 kali dan 10 kali lipat.

Menarik! Lantas, pihak mana saja sih yang sejatinya mengalami penurunan daya beli? atau sejatinya memang tidak ada penurunan daya beli pada masyarakat?

Pergeseran Cara dan Waktu Belanja Masyarakat

Foto. Freepik.com
Foto. Freepik.com
Dua hal yang cukup kontradiktif dan menurut saya layak untuk didiskusikan. Kok, bisa sih, terjadi penurunan daya beli bahan pokok yang merupakan kebutuhan primer. Sedangkan kebutuhan sekundernya malah naik.

Bahkan, kalaupun dikatakan belum pulih sepenuhnya. Coba deh, cek berapa banyak orang yang mengeluhkan tidak mendapatkan tiket konser. Maksudnya adalah, meskipun dikatakan sulit nyatanya banyak orang yang masih mampu untuk memenuhi kebutuhan tersiernya.

Hal ini bisa jadi cerminan bagi para pelaku usaha. Bahwa pasca pandemi, kita telah mengalami pergeseran cara dan waktu belanja. Jika cermat, sejatinya kita bisa membaca kalau sebenarnya masyarakat memiliki siklus dan pola belanja yang cenderung homogen.

Misalnya, kini orang tidak lagi datang langsung untuk berbelanja walaupun pandemi dinyatakan telah berakhir. Meskipun, mall di ibu kota ataupun kota besar sudah terlihat lebih ramai dari biasanya. Kok bisa demikian?

Orang datang ke pusat perbelanjaan hanya untuk melihat-lihat. Alasan utamanya, jika sebuah barang menyediakan toko online dan offline. Orang cenderung berbelanja pada toko online karena harganya lebih murah.

Foto. J. Comp dari Freepik.com
Foto. J. Comp dari Freepik.com

Kedatanganya ke toko offline hanya untuk melihat bagaimana kualitas barangnya, atupun pada produk make up kebanyakan orang hanya melihat bentuk asli dan kecocokannya. 

Selain itu, kini berbelanja online pun difasilitasi dengan aktivitas shop streaming. Di mana pembeli dapat menyaksikan live toko sembari bertanya-tanya. Jika cocok, barangnya pun bisa langsung di check out.

Sedangkan, jika berkaca pada waktu belanjanya. Di kuartal I dan II sendiri, kita telah dihantam oleh banyaknya pengeluaran. Mulai dari persiapan puasa ramadhan, lebaran idul fitri, lebaran idul adha, hingga tahun ajaran baru. 

Wajar jika pasca upacara hari besar daya beli turun. Pasalnya, masyarakat telah menghabiskan uang untuk memeriahkan hari-hari besar tersebut.

Tips Membaca Peluang Usaha Berdasarkan Siklus Belanja

Foto. Rawpixel.com dari Freepik.com
Foto. Rawpixel.com dari Freepik.com
Bagaimana keadaan pasar di tempatmu menjalang ramadhan dan idul fitri? Pastinya selalu ramai dan seolah mematahkan kalimat banyak orang berhemat. 

Pasalnya, sebagai negara mayoritas muslim tentunya hari raya ini akan selalu menjadi prioirtas di tengah kesulitan yang melanda. Sebagai seorang pengusaha tentunya penting untuk bagaimana sih karakteristik konsumenya. 

Misalnya, jika kamu adalah seorang pengusaha bahan pokok. Pastinya sudah tahu kapan barang akan menjadi buruan konsumen. Pada perayaan hari besar, pastikan bahwa suplai stok terpenuhi. 

Sedangkan, pada hari-hari biasa stok barang hanya pada kebutuhan sewajarnya. Tawarkan paket bundling di momen tertentu. Sehingga, konsumen secara tidak sadar akan membeli lebih. 

Ekspansi pasar online bisa jadi pilihan. Kamu bisa menjangkau pasar yang lebih jauh. Selain itu, membuat selisih beberapa rupiah saja dari toko offline bisa menaikkan penjualan. 

Orang cenderung berpikir akan lebih berhemat dan puas karena mendapat harga yang lebih murah. Promo-promo ditanggal cantik atau sehabis gajian juga bisa dikampanyekan. Sehingga bisa jadi penawaran menarik bagi konsumen. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun