Didiagnosis terjangkit mycobacterium tuberculosis limfadenofati (TBC kelenjar) sejak juni 2022, rasanya seperti mimpi buruk yang menjadi nyata. Tidak ada tanda-tanda seperti batuk dan penurunan berat badan yang terkadang masih membuat saya bertanya.Â
Benarkah saya terjangkit penyakit ini? Saya juga bertanya, mungkinkah bukan TBC atau hanya jenis bakteri lain saja atau mungkin penyakit lain.Â
Ternyata, TBC tidak hanya menyerang organ pernapasan seperti paru saja. Jenis bakteri ini dapat menyerang seluruh anggota tubuh. Misalnya, kulit, otak, usus, dan salah satunya kelenjar getah bening.Â
Sejak ditetapkan untuk meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) selama satu tahun, jujur saja banyak ketakutan yang saya alami. Mulai dari apakah penyakit ini akan menular kepada anggota keluarga saya, dijauhi orang lain, ataupun diskriminasi dan dijauhi di lingkungan sosial.Â
"Untungnya, jenis TBC ini tidak mudah menular seperti TBC Paru melalui udara. Sayangnya, pengobatannya jauh lebih lama dan cenderung lebih sulit disembuhkan dibandingkan TBC Paru" Ucap dokter spesialis paru yang merawat saya.
Bisul di Ketiak yang Tak Kunjung Sembuh Jadi Cikal Bakal Didiagnosis TBC Kelenjar
Akhir dari 2017, awalnya saya merasa ada yang aneh. Entah mengapa saya merasa ada benjolan di bokong saya. Lama kelamaan benjolan tersebut menjadi besar dan berisi seperti nanah. Saya berpikir itu bisul. Saya hanya berikan salep luar dan berpikir akan hilang.Â
Dua minggu berlalu kok masih belum kunjung kempes. Akhirnya saya berobat ke klinik terdekat. Jawaban dokter yang berjaga pun sama. Hanya bisul dan diberikan antibiotik sampai akhirnya bisul tersebut pecah sendiri.
Perawatan pembersihan luka pun sudah saya lakukan dengan baik. Namun, bisul tersebut seperti hampir sebulan sekali kambuh. Bahkan berpindah hingga ke ketiak. Â Mulai dari klinik dan puskesmas sudah saya datangi. Saya hanya mendapatkan salep dan obat minum.Â
Hingga akhirnya di Desember 2020, muncul benjolan di bawah dagu dan terasa nyeri. Saya pun dirujuk ke rumah sakit rujukan tipe c di Jakarta untuk menemui dokter bedah.Â
Rangkaian tes pun dilakukan, mulai dari tes darah, USG benjolan, hingga rontgen paru. Hasilnya normal. Lantas saya bertanya, lalu mengapa kelenjar saya bengkak?
Dokter di rumah sakit itu menjawab bahwa ada infeksi kronis yang ada di dalam tubuh. Namun, dokter tersebut tidak menjelaskan karena apa dan disebabkan oleh apa. Pasalnya, biopsi tidak dilakukan dengan alasan benjolan di leher terlalu kecil.Â
Di dokter ini pun saya telah menjelaskan bahwa kerap mengalami bisul, namun jawabannya hanya kebanyakan makan protein. Hingga masa rujukkan selesai saya hanya diberikan dexthametason dan anti nyeri.Â
Merasa tidak benar, di awal tahun 2022 kemarin akhirnya saya meminta rujukan untuk ke dokter spesialis kulit.Â
Saya pun dirujuk ke spesialis kulit di sebuah rumah sakit tipe B di Jakarta. Dokter yang memeriksa menjelaskan bahwa ini bukan hanya infeksi kulit biasa.Â
Kemudian, saya didiagnosa hidradentis suppurativa dan dirujuk ke poli bedah dengan tujuan dapat diangkat seluruh kulit yang terjangkit agar bisul tidak kambuh.Â
Ternyata dokter bedah yang saya datangi di rumah sakit ini curiga bahwa ini bukanlah infeksi kulit melainkan TBC Kelenjar. Akhirnya, saya pun menjalani prosedur biopsi untuk mengetahui jenis bakteri bandel apa yang terus menginfeksi.
TBC Kelenjar Wajib Minum Obat Minimal 6-9 Bulan
Pasca prosedur biopsi, hasil laboratorium patologi anatomi pun mengarahkan bahwa saya terinfeksi TBC Kelenjar. Dokter bedah pun mengarahkan untuk berobat ke dokter spesialis paru.
Masih tidak percaya rasanya, sebab sebelum tindakan pemeriksaan seperti rontgen thorax dan cek darah tidak menunjukkan adanya infeksi TBC.
Namun dokter spesialis paru menjelaskan bahwa TBC dapat menyerang anggota tubuh mana saja. Bukan hanya paru-paru. Salah satunya kelenjar getah bening.
Jenis TBC yang menyerang tubuh di luar paru dikategorikan sebagai TBC extrapulmonary. Dokter spesialis yang merawat pun menjelaskan bahwa jenis TBC ini membutuhkan pengobatan yang lebih panjang dibandingkan TBC Paru.
Nilai plusnya, penderita cenderung lebih sulit menularkan kepada orang lain dibandingkan dengan TBC paru. Sayangnya, jenis TBC ini juga cenderung lebih lama masa pengobatannya.Â
Pasalnya, pada jenis TBC yang menginfeksi kelenjar getah bening dalam tubuh bakteri yang bersembunyi lebih sulit untuk dideteksi. Apabila kelenjar tidak membesar tanda-tanda terjangkit makin sulit untuk ditemukan.
Apalagi, saya pun tidak mengalami tanda seperti batuk. Tes dahak pun juga tidak dapat dilakukan.Â
Sedangkan di dalam tubuh manusia umumnya terdapat 600 kelenjar. Berbeda dengan orang yang terjangkit TBC Paru, dengan rontgen thorax organ paru yang sehat dan terinfeksi dapat terlihat dengan mudah.Â
Minum Obat Sampai Tuntas Jadi Kunci Kesembuhan
kesehatan serius.
Mengkonsumsi OAT sesuai dengan anjuran dan dosis yang diberikan adalah upaya terbaik untuk dapat sembuh total dari TBC. Jika tidak ditangani dengan baik, bukan hanya resisten obat TBC juga bisa jadi permasalahanMemasuki bulan ke-8 dokter spesialis paru yang merawat saya pun menjelaskan bahwa OAT akan diberikan hingga satu tahun.
Namun, hingga pengobatan bulan ke-8 berjalan bisul di ketiak saya terkadang masih kambuh. Padahal saya tidak pernah bolos untuk meminum OAT. Dokter spesialis paru yang merawat pun curiga bahwa ada kemungkinan resistensi obat.
Saya pun makin bingung, bagaimana mungkin resisten kalau enggak pernah bolos minum obat. Ternyata, ada kemungkinan lain seorang pasien TBC dapat mengalami resistensi obat, misalnya terinfeksi dengan orang yang sudah berada pada fase TBC Resisten obat (TBC MDR).Â
Cara untuk mengetahui pada pengobatan bulan berjalan apakah ada resistensi obat atau tidak adalah dengan biopsi patologi anatomi.Â
Di cerita yang sangat panjang ini, saya hanya berharap bahwa semoga di empat bulan ke depan tidak ada lagi cerita kambuhan.Â
Bagi pembaca yang juga terjangkit TBC jenis ini, jangan putus asa dan tetap percaya. Bahwa kesembuhan yang sempurna sedang menunggu di depan mata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H