Pada pasien dengan indikasi medis tertentu yang memiliki tanda-tanda vital normal dan mendapat rekomendasi dari dokter yang merawat dapat bekerja kembali dengan sistem kerja work from home.
Sistem kerja ini tidak mengharuskan pekerja datang untuk ke kantor. Sehingga kemungkinan untuk menularkan kepada rekan kerja jauh lebih tidak mungkin.Â
Pada sistem kerja yang dilakukan dari rumah ini juga, sistem kerja yang lebih fleksibel lebih ramah dan mudah dilakukan bagi pekerja dengan masalah kesehatan.Â
Pasalnya, jika bekerja dari kantor dan mereka memiliki jadwal kontrol dengan dokter terdapat serangkaian aturan untuk mengurus izin.
Sedangkan, jika bekerja dari rumah pekerja dapat mengatur waktu mereka antara bekerja dengan aktivitas lainnya. Sehingga, produktivitas dan layanan kesehatan keduanya dapat diakses dengan baik.Â
Selain itu, sistem kerja work from home (WFH) juga memungkinkan menjangkau kandidat potensial lain yang lebih luas. Misalnya, masih banyak perusahaan yang memiliki pra syarat melamar dengan usia tertentu.
Padahal, umumnya di usia 30-an ke atas banyak orang sudah menikah dan memiliki anak, apalagi perempuan. Sebuah dilema tentunya, apakah harus mengurus anak di rumah di tengah himpitan ekonomi atau bekerja keluar dari rumah.
Sistem kerja dari rumah dapat menjadi solusi dan memberikan keuntungan bersama. Misalnya, pada pengusaha yang memiliki budget operasional transportasi karyawan dapat dipangkas untuk ranah bisnis lainnya.
Selain itu, jika kantor masih menyewa dan ternyata memang sudah tidak dibutuhkan karena adanya sistem ini. Budget untuk hal ini pun dapat dipangkas dan dipertajam untuk arah bisnis lainnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H