Project Fest diharapkan dapat berkontribusi dalam implementasi SDGs 4 dan 5. Dalam rangkaiannya peserta dari lintas negara diberikan kesempatan untuk memaparkan idenya terkait permasalahan dalam bentuk project planning.
Selain itu, peserta dan kawula muda diberikan kesempatan untuk mengikuti international workshop yang bertajuk "YouthAroundSDGs: Bring the Light to Global and Regional Issues".
Bersama 50+ peserta yang hadir, Irena Shaleva selaku pembicara yang dihadirkan memaparkan bahwa berdasarkan data PBB, 260 Juta anak putus sekolah di tahun 2018.
Kondisi yang ironis, di mana pendidikan adalah kunci terbaik dalam menciptakan keseimbangan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan.
Masalah putus sekolah bukan satu-satunya masalah dunia pendidikan. Keragaman ras dan kelompok sosial tertentu dalam sebuah sekolah terkadang juga menjadi masalah pembelajaran.Â
Melihat permasalahan yang ada, Irena memaparkan bahwa salah satu solusi yang dapat dilakukan di tengah permasalahan yang ada adalah dengan menerapkan Urban Education.Â
Urban Education adalah sebuah metode pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah dengan ragam populasi berbeda dengan harapan dapat menyatukan keberagaman.
Begitupun dengan Suriani Kempe, Co-Founder Kemban Kolektif. Ia memaparkan masalah utama dalam kesetaraan gender adalah tentang kurang tepatnya prespektif terhadap gender itu sendiri.Â
Banyak orang menafsirkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. Namun, takdipahami bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan yang berbeda.Â
Hal inilah yang nantinya membawa kesalahpahaman tentang hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya, SDGs nomor 5 bukan hanya untuk menegakkan kesetaraan gender. Melainkan untuk menciptakan kedamaian, kesejahteraan, dan kedamaian bersama.