Mohon tunggu...
Eka Noviana Putri
Eka Noviana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hidup itu perpaduan antara kerja keras, eksplorasi, dan menikmati keindahan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pentingnya kepatuhan terhadap ketentuan administratif perbankan syariah

19 Desember 2024   10:50 Diperbarui: 19 Desember 2024   10:50 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat, yaitu sebagai salah satu alternatif sistem perbankan yang berlandaskan prinsip-prinsip hukum Islam. Sebagai sistem yang menjunjung tinggi prinsip keadilan, transparansi, dan keberlanjutan, perbankan syariah memiliki seperangkat aturan yang membedakannya dengan perbankan konvensional. Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam memastikan keberlanjutan dan kredibilitas perbankan syariah adalah kepatuhan terhadap ketentuan administratif. Ketentuan administratif ini mencakup berbagai peraturan yang harus dipatuhi oleh bank syariah dalam menjalankan operasionalnya, baik dari segi hukum positif maupun prinsip syariah.

Ketentuan Hukum dalam Perbankan Syariah

Secara hukum, perbankan syariah di Indonesia diatur dalam sejumlah peraturan, salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Undang-undang ini menjadi dasar hukum bagi bank syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Peraturan tersebut memiliki tujuan yang sangat jelas, yaitu untuk memastikan bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh bank syariah tidak hanya memenuhi aspek hukum nasional, tetapi juga sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Ketentuan Syariah dalam Perbankan Syariah

Selain ketentuan hukum, prinsip-prinsip syariah adalah elemen fundamental dalam operasional perbankan syariah. Bank syariah wajib memastikan bahwa semua transaksi yang dilakukan sesuai dengan fatwa MUI dan tidak mengandung elemen yang dilarang dalam Islam, seperti riba, gharar, dan maysir. Dalam hal ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS) berperan penting sebagai badan yang mengawasi operasional bank syariah, baik dari sisi produk maupun layanan yang ditawarkan.

Prinsip utama dalam perbankan syariah adalah larangan riba, yang mengharuskan bank untuk tidak mengenakan bunga pada setiap transaksi. Oleh karena itu, pembiayaan dalam perbankan syariah harus menggunakan skema yang halal seperti murabahah (jual beli dengan margin keuntungan yang disepakati), mudharabah (bagi hasil), dan musyarakah (kerjasama modal).

Selain itu, prinsip gharar yang berarti ketidakpastian, juga harus dihindari dalam perbankan syariah. Hal ini mengarah pada pentingnya kejelasan informasi mengenai produk yang ditawarkan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah. Prinsip maysir, atau perjudian, juga dilarang karena melibatkan spekulasi dan ketidakpastian yang berisiko merugikan salah satu pihak.

Pelanggaran Kepatuhan Administratif dalam Perbankan Syariah

Meskipun perbankan syariah di Indonesia sudah diatur dengan ketat oleh hukum dan prinsip syariah, terdapat beberapa kasus yang menunjukkan pentingnya kepatuhan terhadap ketentuan administratif. Salah satunya adalah kasus Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang terjadi pada tahun 2017. Pada saat itu, BMI terpaksa menghadapi masalah hukum terkait ketidakpatuhan terhadap ketentuan administratif dan ketentuan syariah dalam beberapa produknya.

BMI dikritik oleh OJK karena tidak sepenuhnya mematuhi ketentuan yang berlaku, khususnya dalam hal proses penjaminan aset dan pembiayaan yang dilakukan dengan cara yang tidak transparan. Hal ini menimbulkan keraguan di kalangan nasabah dan masyarakat terhadap kredibilitas bank syariah tersebut. Bank ini juga menghadapi masalah terkait penyimpangan dalam pengelolaan dana investasi yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Kasus ini menunjukkan bahwa pentingnya kepatuhan terhadap ketentuan administratif dan syariah tidak hanya berlaku pada pengawasan internal bank, tetapi juga pada pengawasan eksternal dari regulator seperti OJK. Kejadian ini menegaskan bahwa ketidakpatuhan terhadap regulasi dan prinsip syariah dapat merusak citra dan kepercayaan publik terhadap industri perbankan syariah secara keseluruhan.

Dampak dari Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Administratif

Ketidakpatuhan terhadap ketentuan administratif tidak hanya berisiko pada masalah hukum dan reputasi, tetapi juga dapat mengancam keberlanjutan bank syariah itu sendiri. Salah satu dampak langsung yang mungkin terjadi adalah penurunan kepercayaan publik. Kepercayaan nasabah terhadap bank syariah akan menurun jika mereka merasa bahwa produk atau layanan yang diberikan tidak sesuai dengan prinsip syariah, atau bahkan melanggar hukum.

Selain itu, ketidakpatuhan administratif juga dapat menyebabkan sanksi dari regulator, seperti denda atau bahkan pencabutan izin usaha bagi bank yang terbukti melanggar. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi kelangsungan operasional bank tersebut, apalagi jika nasabah merasa dirugikan akibat praktik yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.

Kepatuhan terhadap ketentuan administratif dalam perbankan syariah sangat penting, tidak hanya untuk memastikan bahwa bank beroperasi sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku, tetapi juga untuk menjaga integritas dan keberlanjutan industri perbankan syariah itu sendiri. Dengan kepatuhan yang ketat terhadap ketentuan administratif, baik dari sisi hukum maupun prinsip syariah, bank syariah dapat memberikan layanan yang aman, transparan, dan sesuai dengan prinsip keadilan yang diharapkan oleh masyarakat. Studi kasus yang terjadi di beberapa bank syariah menunjukkan bahwa ketidakpatuhan terhadap ketentuan administratif dapat merusak citra dan kepercayaan nasabah, yang berujung pada dampak yang lebih besar bagi keberlanjutan bank tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi semua pihak yang terlibat dalam perbankan syariah, baik pihak bank, regulator, maupun nasabah, untuk bersama-sama menjaga kepatuhan terhadap ketentuan yang ada demi terciptanya industri perbankan syariah yang sehat, kredibel, dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun