Mohon tunggu...
eka priyanto
eka priyanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Saatnya Sarjanawan Bangun Desa

21 Oktober 2015   19:11 Diperbarui: 21 Oktober 2015   19:25 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paradigma yang saat ini mungkin menjadi Momok di kalangan mahasiswa, bahwasannya Mahasiswa jika sudah lulus harus kerja dikantoran, kebanyakan para sarjana S1 setamat studi strata satunya mencari kerja ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai perusahaan swasta ya walaupun tidak di pungkiri orentasi setelah lulus kuliah itu kerja, tapi ada hal yg lebih baik dan mulia. dan kadang ada yang orang tuanya mampu membuka usaha sendiri dan mereka enggan melanjutkan usaha orangtunya.

,Ketika berani kembali ke desa dan membangun desanya sendiri itu yg lebih baik. Membangun desa tentu lebih baik dan mungkin lebih mulia dari pada mereka harus berlomba-lomba untuk bekerja di kota. jarang yang mau pulang ke desa asal meneruskan pekerjaan orang tua sebagai petani, pengusaha ternaknya Dengan alasan buat apa capek- capek kuliah kalau hanya menjadi petani (pertanian, perikanan, peternakan, wirausha)  termasuk yang tamat pendidikan tinggi pertanian. Menjadi petani terkesan miskin dan bodoh dan diantaranya bila sudah sekolah enggan injak tanah, pada hal banyak hal yg bisa mereka kembangkan dari sisi keilmuannya yg mereka perhah dapatkan di bangku kuliah.

seharusnya ilmu mereka yang pernah didapatkan bisa mereka kombinasikan agar bisa bersinergi dengan perkembangan zaman yg ada di dearah, misalnya mereka pernah study di Kampus IPB (Institut pertanian Bogor) dengan jurusan pertanian atau kampus UI (Univesits Indonesia) yg banyak mengeluarkan sarjana Tehnik sipil yg ahli dibidang perancangan tataruang dan pegembangan infrastruktur dan beberapa kampus lain yg meng-Sarjanakan di bidang keilmuan lainnya.

Optimis adalah kata yg tepat untuk meraka sarjanawan, optimis mereka bisa mengimplementasikan ilmunya di bidang kejuruannya masing-masing, bagaimana cara pertanian yg baik sesuai  dengan konsep ilmu pertanian yang meraka dapatkan dibangku kuliahnya, bisa juga dibidang tataruang kota dan pengembangan infrastruktur jalanan kota yang meraka bisa ajarkan kepada masyarakat daerah. Sudah tidak ada kata malu karena status sosial (Gengsi) yang kurang bagus, atau tidak sesuai dengan pendidikan mereka yang sudah menjadi sarjana S1.

Mari kita rubah cara pandang dan cara pikir kita agar lebih baik, sarjanawan harus bisa memberikan dan membuka lapangan kerja sebanyak mungkin itu yg lebih tepat saat ini, dengan beberapa kegiatan yg telah di canangkan dari kementrian Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, para sarjanawan dari penjuru wilayah bisa ikut serta mengembankan ilmunya dan menciptak lapangan kerja di masing wilayah, kita bsa lebih berkembang. karna itu sangat berpengaruh dan menjadi matarantai dalam kehidupan kita, sangat berpengaruh apabila tingkat pengangguran di daerah meningkat maka tingkat kriminalitaspun meningkat, apa bila lapangan kerja di daerah stabil/berkembangan maka akan datang kesejahteraan masyarakat daerah jauh lebih baik dari sebelumnya, walaupun itu membutuhkan proses dan kerja keras yg konsisten.

lewat komitmen beberapa kementrian yang ikut andil dalam pengembangan desa mandiri semoga bisa berjalan dan bisa saling sinergis  untuk membangun daerah masing-masing, mari kita kembangkan potensi keilmuan kita dan kita tularkan kepada masyarakat yang ada di daerah agar ilmu yg kita dapatkan bisa bermanfaat sesuai yg di ajarkan oleh para guru-guru kita terdahulu.

Paradigma yang saat ini mungkin menjadi Momok di kalangan mahasiswa, bahwasannya Mahasiswa jika sudah lulus harus kerja dikantoran, kebanyakan para sarjana S1 setamat studi strata satunya mencari kerja ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai perusahaan swasta ya walaupun tidak di pungkiri orentasi setelah lulus kuliah itu kerja, tapi ada hal yg lebih baik dan mulia. dan kadang ada yang orang tuanya mampu membuka usaha sendiri dan mereka enggan melanjutkan usaha orangtunya.

,Ketika berani kembali ke desa dan membangun desanya sendiri itu yg lebih baik. Membangun desa tentu lebih baik dan mungkin lebih mulia dari pada mereka harus berlomba-lomba untuk bekerja di kota. jarang yang mau pulang ke desa asal meneruskan pekerjaan orang tua sebagai petani, pengusaha ternaknya Dengan alasan buat apa capek- capek kuliah kalau hanya menjadi petani (pertanian, perikanan, peternakan, wirausha)  termasuk yang tamat pendidikan tinggi pertanian. Menjadi petani terkesan miskin dan bodoh dan diantaranya bila sudah sekolah enggan injak tanah, pada hal banyak hal yg bisa mereka kembangkan dari sisi keilmuannya yg mereka perhah dapatkan di bangku kuliah.

seharusnya ilmu mereka yang pernah didapatkan bisa mereka kombinasikan agar bisa bersinergi dengan perkembangan zaman yg ada di dearah, misalnya mereka pernah study di Kampus IPB (Institut pertanian Bogor) dengan jurusan pertanian atau kampus UI (Univesits Indonesia) yg banyak mengeluarkan sarjana Tehnik sipil yg ahli dibidang perancangan tataruang dan pegembangan infrastruktur dan beberapa kampus lain yg meng-Sarjanakan di bidang keilmuan lainnya.

Optimis adalah kata yg tepat untuk meraka sarjanawan, optimis mereka bisa mengimplementasikan ilmunya di bidang kejuruannya masing-masing, bagaimana cara pertanian yg baik sesuai  dengan konsep ilmu pertanian yang meraka dapatkan dibangku kuliahnya, bisa juga dibidang tataruang kota dan pengembangan infrastruktur jalanan kota yang meraka bisa ajarkan kepada masyarakat daerah. Sudah tidak ada kata malu karena status sosial (Gengsi) yang kurang bagus, atau tidak sesuai dengan pendidikan mereka yang sudah menjadi sarjana S1.

Mari kita rubah cara pandang dan cara pikir kita agar lebih baik, sarjanawan harus bisa memberikan dan membuka lapangan kerja sebanyak mungkin itu yg lebih tepat saat ini, dengan beberapa kegiatan yg telah di canangkan dari kementrian Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, para sarjanawan dari penjuru wilayah bisa ikut serta mengembankan ilmunya dan menciptak lapangan kerja di masing wilayah, kita bsa lebih berkembang. karna itu sangat berpengaruh dan menjadi matarantai dalam kehidupan kita, sangat berpengaruh apabila tingkat pengangguran di daerah meningkat maka tingkat kriminalitaspun meningkat, apa bila lapangan kerja di daerah stabil/berkembangan maka akan datang kesejahteraan masyarakat daerah jauh lebih baik dari sebelumnya, walaupun itu membutuhkan proses dan kerja keras yg konsisten.

lewat komitmen beberapa kementrian yang ikut andil dalam pengembangan desa mandiri semoga bisa berjalan dan bisa saling sinergis  untuk membangun daerah masing-masing, mari kita kembangkan potensi keilmuan kita dan kita tularkan kepada masyarakat yang ada di daerah agar ilmu yg kita dapatkan bisa bermanfaat sesuai yg di ajarkan oleh para guru-guru kita terdahulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun