Mohon tunggu...
eka nur kasanah
eka nur kasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Patung Mejan Peninggalan Leluhur Suku Pakpak yang Jarang Diketahui

18 Juli 2023   00:07 Diperbarui: 18 Juli 2023   00:26 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patung Mejan ini terletak didesa Pangindar, Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat. Mejan ini memiliki berat mencapai 300 kilogram dan diyakini oleh masyarakat setempat memiliki aura mistis pada zaman Kerajaan Pakpak masa lampau.

Patung Mejan ini menggambarkan seorang raja yang sedang menunggangi gajah.  Patung Mejan ini merupakan simbol kemakmuran masyarakat Pakpak. Mejan adalah suatu simbol kebanggaan dan kemasyuran masyrakat Pakpak, karena patung-patung tersebut mengandung unsur mistis tersendiri.

Pada zaman dahulu tidak semua masyarakat Pakpak memiliki Patung Mejan, mengapa demikian? pasalnya hanya orang-orang berada saja yang memilikinya. Karena proses pembuatannya membutuhkan biaya yang besar dan juga membutuhkan waktu yang lama.

Pemahat yang membuat Mejan ini adalah para Pertaki (raja adat dan tokoh panutan setempat). Pembuatan Patung Mejan ini tidak bisa dilakukan dengan sembarangan loh teman-teman. Karena dalam pembuatannya selalu disertai dengan mantra-mantra.

Menurut leluhur suku Pakpak Mejan berfungsi sebagai benteng pertahanan. Konon katanya, Mejan dapat bersuara saat musuh datang dan ketika kampung itu mengalami kejadian buruk. Nah, suara itu diyakini berasal dari Nangguru yang berdiam didalam Patung Mejan. masyarakat Pakpak percaya nangguru ini adalah roh yang dipanggil melalui suatu ritual yang mereka lakukan.

Tapi sangat disayangkan kondisi Patung Mejan itu tidak lagi sempurna, sudah tanpa kepala karena rusak oleh faktor alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun