Mohon tunggu...
eka nur kasanah
eka nur kasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal dr. Liberty Manik, Pahlawan Asal Dairi

17 Juli 2023   21:35 Diperbarui: 17 Juli 2023   21:43 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Liberty Manik. Foto: Pariwisata Sumut

Dr. Liberty Manik yang lahir pada tanggal 21 November 1924 adalah seorang komponis dan pengajar musik di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Iya juga dikenal sebagai filolog Batak yang mentransliterasikan 500-an Pustaha Batak ke dalam bahasa Jerman.
Liberty Manik memiliki tiga saudari perempuan yaitu Sukut Manik, Jamu Manik, dan Harap Manik. Ibu Liberty bernama Solat Situmorang dan ayahnya bernama Patiham Manik.

Semasa hidupnya Dr. Liberty Manik dikenal sebagai sosok yang berkemauan keras. Sejak kecil ia sudah memperlihatkan beberapa sifat yang menggambarkan kepribadian Liberty Manik yaitu seseorang yang percaya diri dan berjiwa bebas.

Dr. Liberty Manik merupakan seorang penyiar radio RRI Yogyakarta. Selain seorang penyiar Radio, ia juga seorang komposer, sehingga ia dapat menciptakan beberapa lagu diantaranya Satu Nusa Satu Bangsa, Desaku Yang Kucinta, Pantai Sepi, Di Laut, Tamanku dan Negara Jaya. Di samping itu, beliau aktif menerjemahkan lagu-lagu rohani rakyat daerah Simalungun, Pakpak dan Karo serta lagu rohani yang berasal dari Eropa.

Dr. Liberty Manik juga memberikan ilmunya kepada muridnya di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta.
Beliau lulusan Sekolah keguruan HIK di daerah Muntilan, Magelang bahkan sempat menyelesaikan studi doktoral di bidang musik di Universitas Berlin, Jerman. Gak main-main, beliau lulus dengan predikat cum laude.

Ohiya Manik ini merupakan marga sebagai keturunan batak, ia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam aksara batak kuno. Penerjemah aksara batak kuno yang ia lakukan sangat di luar kelaziman. Tak heran mengapa pemerintah Jerman tertarik dan memanfaatkan kemampuannya melalui jasanya untuk kebutuhan arsip negara di Jerman.

Hingga pada akhirnya, ia menutup usia pada 16 September 1993.

Dan di kampung halamannya, dimana ia di lahirkan yaitu di Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara,  mendirikan sebuah patung Dr. Liberty Manik untuk mengenang jasa dan kemampuan beliau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun