Saat terjadi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) banyak sekali peternak yang gulung tikar karena ternak yang sakit hingga mati, hal tersebut kerap dirasakan juga oleh Bapak Juwadi yaitu peternak asal Bojonegoro tepatnya di desa Kaliombo Kecamatan Purwosari. Beliau menceritakan tentang pengalaman dalam berternak, dari awalnya sebagai peternak sapi pemula yang ingin meraup kesuksesan, tetapi kerugian yang dirasakan.
Memulai dari 6 ekor sapi.
Pada tahun 2021 bapak juawadi memulai bisnis peternakan sapi berjumlah 6 ekor dengan sistem penggemukan, bibit sapi dibeli 5 bulan sebelum dimulainya wabah PMK. Rencananya dari bibit sapi tersebut akan dirawat selama 6 bulan dan akan dijual saat musim qurban, hal tersebut membuat Pak Juwadi yakin akan bisnis ternak pertama yang dimulainya. tetapi tanpa sangka sebulan sebelum musim qurban sudah didahului oleh musim PMK.
Merasakan ruginya peternak pemula karena PMK.
Awalnya hanya satu ekor sapi yang terkena gejala dari penyakit PMK tetapi saat 3-4 hari, semua sapi juga merasakan gejala yang sama. Hal tersebut sempat  membuat Pak Juwadi panik akan peternakannya, peternak sekitar sudah mulai merasakan rugi, karena harus menjual sapi dengan harga murah yang tidak sebanding dengan awal pembelian, bahkan ada sapi yang mati karena terkena PMK. Sapi yang sehatpun  juga ikut merasakan dampaknya yaitu pembeli menawar dengan harga murah karena mengira sapi yang sehat juga mengandung virus PMK. Setelah seminggu Pak Juwadi melakukan perawatan dan pengobatan pada sapi, dan mungkin kurangnya ilmu beternak, bukan kesembuhan yang didapati tetapi kematian dri salah satu sapi yang terkena virus PMK. Hal itu yang membuat Pak Juwadi akhirnya ikut menjual sapi yang lain dengan harga murah bahkan rugi 50% dalam penjualan."rasa hati ingin memulai dengan selamat dan untung, tapi memang sudah takdirnya mbak" jelas pak juwadi.
Bukannya menyerah, tetapi memulai beternak domba.
Setelah kandang sapi kosong selama beberapa minggu akhirnya Pak Juwadi mulai ingin beternak domba atau kalau orang Bojonegoro sendiri menyebut yaitu "wedus kibas". Setelah melakukan sistem penggemukan pada saat beternak sapi, Pak Juwadi akhirnya memilih melakukan breeding pada ternak dombanya. Awal mula di beli 35 induk domba dengan 1 jantan dan dirasa ternak kambing cukup aman di tengah wabah PMK akhirnya ditambahlah 11 Â induk domba. Sehingga terdapat 47 ekor domba di kandang Pak Juwadi.
Dirombaknya kandang bekas sapi menjadi kandang domba.
Dirubahnya kandang sapi menjadi kandang domba dengan menggunakan bambu yang dirancang menjadi model kkandang panggung atau lemprak. Kandang pangggung sendiri merupakan kandang yang terbuat dari bamboo yang kontruksi lantainya dibuat menjadi seperti kambing.
Terus bersyukur, belajar, dan siap menghadapi resiko
Meskipun dirasa bisnis didalam bidang peternakan begitu terlihat menguntungkan, tetapi setiap usaha tentu ada resiko yang harus diambil. Keuntungan dan kerugian sudah biasa bagi seorang pebisnis tetapi pebisnis yang baik adalah ia yang tetap bertahan di tengah cobaan yang bertubi-tubi datangnya, hal itulah yang selalu menjadi pegangan Bapak Juwadi dalam menjalankan bisnis peternaakannya, dan beliau berpesan untuk selalu bersyukur atas apa yang dimiliki dan berusahalah jika menginginka sesuatu yang baik itu datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H