Kita sepasang mata jendelaÂ
Menatap pohon dan daun-daunÂ
di halaman taman tanpa hujan
Bunga yang gelagapnya ragu untuk tumbuh sekali lagi
Kau pernah menanamnya berkali-kali di sekujur tubuh sendiri.Â
Pada sore hari, sayup mata angin memberi isyarat nadi kecil di pergelanganÂ
Mengapa kau kepal tanyaku. Â Di beranda udara dingin di bawah bebatuanÂ
Mengecup dua cangkir teh hangat.Â
Sepasang matamu menguapÂ
Sudah berapa waktu
Hujan pun turunÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!