Â
Entah dimulai dari mana, berkata dengan  siapa!, ketika  anak yang ditinggalkan orang tua. Apakah ayah atau ibu. Seperti Kilatan halilintar  mengelegar pecah diderasnya air hujan menembak terbelah hingga luluh lantah sebuah batang pohon kelapa, nampak tak tersisa.
Hari yang tadinya senyum penuh dengan kedamaian dan kebahagian, kini suram bagaikan awan kelam diliputi kesedihan dan kegelisahan.
Sulit rasanya menyamakan keadaan normal, tercabik dan terluka  dan terhempas masuk dalam kejurang kesepian dan kesunyian. Ibu dimana kamu? Dimana ibu!. Aku anakmu yang  selalu merindukanmu. Rindu dengan belaianmu, pelukanmu ibu, ketika aku lapar engkau dengan semangatnya menyuapku, meskipun aku sudah besar dan terkadang manja aku kangen ibu.
Kembali dengan cerita perjuangan penyakitmu. Engkau menghantarku ke sekolah tanpa letih namun engkau tetap kuat dan hebat. Ibu.. ibu kemana kamu ibu. Ayah jauh ibu!, 'ia kembali merantau berjuang demi kami ibu'!. Mencari nafkah demi masa depan aku dan adikku.
Ibu aku tidak kuat ibu!, engkau pergi selamanya tanpa menghiraukan ku, ibu!.
Nak!, kuatkan hatimu.. doakan ibumu relakan kepergian ibumu.. jaga adikmu jaga dirimu nak. Jangan engkau sia-siakan pengorbanan ayahmu demi kamu dan adikmu ya nak!.
Janji dengan ibu ya? Nak!. Sekolah yang baik, belajar dengan baik agar kelak engkau bisa menjadi kebanggaan keluarga. Â
Sudah cukup airmata menjadi saksi.. jangan engkau tambah segala keluh kesah yang ibu derita.. berjuang lah nak, berjuang. Ibu yakin engkau bisa bangkit menjadi seorang satria yang perkasa dan gagah. Meskipun ibu tidak bersamamu nak...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H