Mereka belum belajar perputaran jam. Jadi patokan untuk masuk ke sekolah adalah pesawat terbang yang terbang di atas kepalanya. Mereka baru berangkat ke sekolah ketika pesawat di pagi hari ada yang datang. “Nguuuuiiiiing.....” suara gemuruh pesawat memecahkan telinga tiap pagi. Tak lama dari itu baru anak-anak berbondong-bondong datang.
Apa ada pengalaman menarik dan lucu kamu dengan anak-anak di sana?
Suatu ketika saya mengajar murid saya kelas 3 SD. Anak-anak banyak yang tidak membawa alat tulis.
“Ibu Guru, saya tidak bawa pulpen,” seru Brian dengan polos.
“Ibu Guru saya juga,” sahut lagi Ian dengan berteriak tak mau kalah.
Dan hampir semua muridku ternyata tidak membawa pulpen.
“Baik kalau begitu, Ibu guru mau kalian keliling kau punya lapangan 5 kali," jawabku dengan tegas berharap anak-anak mengerti maksudku adalah untuk memberikan konsekuensi karena mereka tidak membawa alat tulis.
Dan apa yang terjadi?
“Horeeeeeee...... saya keliling lapangan to Ibu guru?” tanya Brian dengan polos.
“Saya juga ibu guru,” balas Dina anak kelas 3 yang ternyata dia membawa pulpen.
“Saya.. Saya.. Saya....” sahut anak-anak serempak. Seisi ruangan kelas akhirnya mengelilingi lapangan.
Aku tertawa dalam hati. Ada-ada saja ini anak-anak, mereka belum mengerti apa arti konsekuensi dan mengganggap itu kebahagiaan. Ya, Sesederhana itu.