Mohon tunggu...
Arsyad Iriansyah
Arsyad Iriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pengalaman adalah guru, setiap orang adalah murid dan guru.

Arsyad Iriansyah sudah menyukai dunia blog atau menulis saat duduk di kelas 1 SMA. Blog pertamanya masih ada yaitu arsyadiriansyah.com . Lebih banyak menulis pengalamannya menjadi relawan guru, toleransi, kehidupan sehari-hari, dan tak jarang menulis hal serius tentang isu kebijakan publik. Selain itu, ia tidak lebih dari anak muda lainnya yang hanya ingin belajar, belajar dan belajar. Dapat dihubungi via surel arsyadiriansyah@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengejar Pantai Clungup: Banyak Jalan Menuju Clungup

13 Januari 2015   16:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:15 6491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai?

Siapa yang tak menyukai wisata pantai. Wilayah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pantai yang indah. Tidak hanya Bali yang punya Kuta. Malang pun juga memiliki pantai dengan pasir putih bahkan beberapa diantaranya jarang dijamah oleh para pengunjung.

Nah, kemarin saya bersama teman-teman dari Panitia Inti Kelas Inspirasi Jawa Timur memutuskan untuk “My Trip My Adventure” yang ajaib!

Kita memutuskan untuk mengunjungi pantai Clungup. Sebelum saya menjelaskan panjang lebar cerita soal pantai Clungup. Coba bayangkan gambar foto pantainya dibawah ini ya:

Indah bukan? Pasti pas lihat foto ini ingin kesini sambil berjemur trus foto berdua sama pasangan sambil menanti sunset. Romantis ya :)

Perjalanan menuju Clungup menggunakan mobil avansa dengan 7 penumpang termasuk sopirnya yaitu Mas Faris. Anw, karena tujuan pantai Clungup cuma berdasarkan teman-teman angkatan yang sebelumnya kesana. Jadinya, perjalanan menuju Clungup melalui GPS. Guest what!

Banyak jalan menuju ROMA. Prinsip ini juga yang kita pake untuk pantai Clungup. Jalan menuju Clungup luar biasa!

14211152281529766370
14211152281529766370


Luar biasa bikin kita mengocok perut! Luar biasa bikin kita harus berdecak kagum sambil hmmm, karena selama perjalanan kita melewati jalur perjalanan tanpa aspal alias jalan beralaskan batu-batu.

Jadi, bisa dibayangkan donk ya. Untungnya duduk di tengah, kasian juga sih sama Mbak Westi dan Mbak Ita yang sampai kebentur-bentur kepalanya dengan atap mobil. Ciyus, jalannya jelek banget. Apalagi ban mobil bagian depan sedikit gembos. Ini bikin kita was-was, karena tidak ada mobil atau motor yang hilir mudik. Kalo pun ada, bisa dihitung dengan jari bahkan interval mobil kami bertemu dengan pengemudi lainnya hanya mobil saja!

Boleh percaya GPS asal Riset Dulu

Pantai Clungup berada di di pesisir selatan Pulau Jawa yang terletak di tepi Samudra Indonesia secara administratif berada di Desa Satiarjo, Kecamatan Sumber Manjing, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Pantai Clungup bagus kata orang-orang dan tergolong pantai ‘privat’ karena jarang dikunjungi oleh orang-orang. letaknya pun cukup terpencil dari pemukiman penduduk.

Kembali lagi ke cerita perjalanan ekstrim dan menegangkan menuju Pantai Clungup.

Perjalanan kami dari Kota Batu sekitar jam 7. Mobil kami hampir menempuh berjam-jam, karena akses yang menuju Clungup menggunakan GPS. Jadinya, akses kami harus dilalui memakan waktu 5 jam setelah melewati perbukitan, pohon jati, sungai dan pohon belukar.

Berawal dari tersesat kami malah mendapatkan foto bagus selama perjalanan kita.

14211153471041784042
14211153471041784042


Ternyata! Pantai Clungup itu satu lokasi dengan pantai Goa Cina. Akhirnya, kami terbahak-bahak karena perjalanan 5 jam ini bikin “gregetan” karena sebenarnya ada jalur yang mulus melalui jalur yang biasanya dilalui orang-orang.

Pantas saja kami membatin, kenapa selama perjalanan jarang sekali kami temui mobil. Apalagi, jalannya berbatu dan tanah. Jangan takut nyasar..nyasar is the part of adventure tapi tetap saja sakitnya tuh disini *Sambil nunjuk hati

Memasuki jalur Goa Cina menuju gerbang masuk. Lagi-lagi harus kita lalui dengan jalan yang terjal karena batu. Goyang sana-sini.

Akhirnya kami sampai juga di pintu masuk Goa Cina. Harga tiket masuk Rp. 5.000, karena lokasi pantai Clungup jadi satu dengan Goa Cina jadi kamu tidak usah khawatir keluar uang lagi.

Saat kami menanyakan ke petugas. Beliau mengatakan bahwa Pantai Clungup harus kita lalui dengan berjalan kaki sekitar 1,5 KM dan beberapa informasi yang baru saya baca bahwa perjalanan membutuhkan kurang lebih satu jam an. Cukup jauh ya? Tapi perjalan itu akan terbayar, karena pemandangan menuju tkp sangat teduh dan betah deh kalo buat rumah gubuk gitu ditengah sawah sambil nulis gitu. Iya ndak?

1421115438427389663
1421115438427389663

14211155121787842620
14211155121787842620

Setelah parkir mobil, saya dan manteman lanjut dengan solat Dhuhur. Perlengkapan untuk ke pantai Clungup juga sudah disiapkan termasuk bekal air minum. Saya memilih menutup kepala dan leher dengan handuk yang saya pakai. Mengingat panas cukup terik sekali. Sialnya, tidak bawa kacamata karena angin cukup kencang selama perjalanan.

Baru beberapa menit menyusuri perjalanan ke Clungup. Kami bertemu dengan traveler yang lagi berteduh disebuah gubuk yang ditinggal penghuninya. Mereka mengatakan bahwa akses menuju Clungup tidak diizinkan.

Para petugas yang menjaga gerbang Clungup mengatakan bahwa airnya sedang pasang, karena memang untuk kesana kita harus jalan kaki melewati dangkalnya air laut. Itu yang saya dapati dari beberapa blog yang saat ini saya baca.

Petugas tersebut mengatakan bahwa area ini sedang dalam proses konservasi. Beberapa lokasinya rawan. Saat dipintu masuk Goa Cina, petugas telah berpesan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi jika terjadi hal terburuk disana. Kalo memang Clungup sedang dalam proses konservasi tak apalah saya dukung karena memang seorang teman mengatakan bahwa Clungup kotor.

Bikin sedih, selama menyusuri pantai Goa Cina banyak ditemui sampah. Bahkan orang-orang dengan mudahnya membuah sampah seenaknya. Tidak cukup untuk mencintai Indonesia. Tapi jaga dan lestarikanlah kekayaan Indonesia. Yuk buang sampah pada tempatnya ya!

Okey, lagi-lagi kita gigit jari, karena perjalanan 5 jam melewati lembah dan sungai harus dikubur dalam-dalam, karena akses pantai Clungup ditutup. Tapi, memang begitulah kita seharusnya manusia belajar bahwa terkadang kita perlu datang ketempat baru, agar kita bersyukur.

Dari pada gigit jari lagi. Kita memutuskan untuk berkunjung ke pantai Bengkung. Pantai ini letaknya tidak terlalu jauh dari Pantai Bajulmati dan berada di Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Pantai Batu Bengkung bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi sekitar 3 sampai 4 jam dari pusat Kota Malang.

Anda berminat berenang disini?

Saya sarankan JANGAN! Pantai ini langsung berhadapan dengan samudera Hindia. Apalagi sekeliling pantai ini dikelilingi oleh karang-karang besar. Ombaknya bisa mencapai 4-5 meter. Bayangkan deh, kalo anda berenang disini :)

Pantai ini bagus. Hanya saja, karena masih terbilang baru. Belum ada infrastruktur apa-apa disana. Jalanan menuju kesana pun bisa membuat ban anda ndelesep atau terbenam. Seperti mobil yang kami kendarai.

Yang paling unik dari Pantai Batu Bengkung adalah adanya sebuah tempat yang membentuk seperti kolam renang dan memang bisa dijadikan sebagai tempat untuk berenang. Kolam renang tersebut terbentuk akibat air yang menembus celah-celah batu karang penahan ombak.

14211156041043261287
14211156041043261287

Travelling adalah buah pemikiran manusia tentang kesenangan, kesenangan untuk selalu bersyukur akan keindahan yang Ia telah berikan. Selain itu, kebahagiaan yang saya temukan di sepanjang perjalanan dan bukan semata-mata ditemukan di tempat tujuan. Saya bahagia bisa menghabiskan liburan ini untuk banyak berbagi cerita dan berbagi pengalaman. Saya jadi tahu kalo ternyata Kak Westi pernah pacaran, yang mana pacarnya posesif. Akhirnya, Kak Westi jadi takut punya cowok. Saya jadi tahu, Mbak Septi yang notaben dosen PENS, Surabaya ini doyan ngemil!!! Apapun itu selalu dilahap.

Saya jadi tahu keahlian menyupir dengan epic. Mas Faris the best lah kalo soal sopir menyopir. Kami dibuat nyaman untuk duduk tenang dimobil, walaupun jalur yang kami lalui cukup bikin deg deg ser. Jadi tahu, kalo dalam perjalanan kita butuh orang yang paham betul soal arah. Mas Hasan ini juaranya membaca peta dengan GPS. Karenanya, kami melewati perjalanan menuju Clungup dengan “tidak biasa”.

Jadi mengenal orang keren lainnya. Mbak Ita yang kalo dengar suaranya bikin adem. Jadi pengen pas nikah nanti di MC sama Mbak Ita!!!. Saya jadi kenal Ibu Guru Hestya yang ternyata memiliki sejuta kisah mistis. Jadi tahu, kalo ternyata Mbak Hestya ini penakut. Tak apa-apalah saya harus gigit jari tidak bisa berkunjung ke Clungup. Tapi mengenal teman-teman saya lebih membuat saya jadi merasa dekat dengan mereka. Saya jadi ingat kata-kata Agustinus Wibowo bahwa  “Di awal perjalanan, kita belajar menghilangkan diri. semakin kita berjalan, semakin kita menemukan diri”

Last but not least, Traveling is about to know and experience something new in different perspective, even it is near us!

PS:

1. Pastikan bahwa Clungup boleh dikunjungi

2. Bawa bekal air minum dan roti yang banyak

3. bawa topi, kacamata dan tongkat Selfie!

4. pastikan bahwa kendaraan yang kamu kendarai layak untuk digunakan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun