Mohon tunggu...
Eka Kurnia Hikmat
Eka Kurnia Hikmat Mohon Tunggu... -

Trainer & Konselor Partner to Grow

Selanjutnya

Tutup

Catatan

The Happiness Project, Proyek Pemandu Resolusi Tahun Baru

25 Februari 2011   23:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:16 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : The Happiness Project, Proyek Kebahagiaan

Penulis : Gretchen Rubin

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Cetakan : I, 2010

Tebal : xvi + 361 halaman

Harga: Rp 70.000

Setiap awal pergantian tahun, banyak orang sibuk membuat resolusi, mendaftar hal-hal yang ingin dicapai di tahun baru. Ada yang ingin berhenti merokok, ada yang ingin lebih berhemat, ada juga yang ingin lebih rajin berolahraga. Tapi, seiring berjalannya waktu, banyak pembuat resolusi yang tidak mampu melaksanakan apa yang telah dicanangkannya. Jika Anda termasuk orang yang hanya sanggup memberi sedikit saja tanda centang () pada daftar resolusi tahun lalu Anda, buku ini bisa dijadikan solusi. Buku The Happiness Project, Proyek Kebahagiaan karya Gretchen Rubin ini dapat membuat Anda lebih termotivasi untuk melakukan hal-hal yang selama ini telah Anda tekadkan, tapi tak kunjung Anda eksekusi.

Pada suatu ketika, Gretchen Rubin tiba-tiba tersentak oleh lamunannya sendiri. Ia tiba-tiba dikejutkan oleh kesadarannya tentang betapa cepatnya waktu berlalu dan tahun berganti. Ia berpikir jangan-jangan selama ini ia telah menyia-nyiakan hidupnya. Ia kemudian merenungkan apa yang sebetulnya paling ia inginkan dalam hidup. KEBAHAGIAAN, tentu saja itu jawabannya. Tetapi ia mengaku tidak pernah benar-benar memikirkan hal apa saja yang bisa membuatnya bahagia dan apa lagi yang bisa ia lakukan untuk merasa lebih bahagia. Oleh karenanya, ia bertekad untuk segera memulai proyek kebahagiaan.

Untuk menjalankan proyek kebahagiaannya, Gretchen tidak bisa betindak seperti Elizabeth Gilbert (penulis Eat, Pray, Love)yang dengan leluasa dapat mengambil ‘cuti’ selama satu tahun untuk pergi ke Italia, India, dan Indonesia untuk menjalani proses pencarian diri demi menemukan kebahagiaan sejati. Gretchen memiliki keluarga dan tanggung jawab yang bahkan selama akhir pekan pun tidak mungkin ia tinggalkan. Jadi ia memutuskan untuk memaksimalkan kebahagiaan di bawah atap rumahnya sendiri saja.

Maka mulailah ia dengan proyek kebahagiaannya. Ia mengumpulkan berbagai macam bahan bacaan yang berkaitan dengan kebahagiaan. Dari renungan filsafat, biografi, psikologi, sampai kata-kata mutiara yang terdapat dalam bungkus kue keberuntungan. Ia mengeksplorasi beragam pemikiran, mulai dari Plato, Schopenhauer, sampai Dalai Lama.

Akhirnya, setelah mengidentifikasi berbagai unsur yang konon dapat menambah kebahagiaan sebagaimana yang ia peroleh melalui risetnya, Gretchen memilih pokok-pokok yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Ia mengidentifikasi sebelas area yang baginya paling berperan dalam menentukan kebahagiaan, yakni vitalitas, kehidupan perkawinan, pekerjaan, peran sebagai orang tua, penggunaan waktu senggang, persahabatan, uang, spiritualitas, hobi, olah pikiran, dan perubahan sikap. Setiap bulan dari Januari hingga November ia berfokus pada salah satu dari kesebelas area tadi. Pada bulan Desember, kesemua kebiasaan itu ia laksanakan secara serempak.

Dalam pelaksanaan proyek kebahagiaan yang digarapnya selama setahun itu, Gretchen menyimpulkan empat rumusan kebahagiaan yang ia namakan ‘Empat Kebenaran Indah’. Dalam Kebenaran Indah Pertama, secara praktis Gretchen mendefinisikan kebahagiaan sebagai mengalami sesering mungkin perasaan senang dan benar, mengurangi seminimal mungkin perasaan buruk, dan terus memacu diri untuk mempelajari hal-hal baru yang bisa meningkatkan kebahagiaan.

Dengan definisi operasional yang praktis tadi Gretchen berhasil mengidentifikasi hal-hal kecil yang ternyata dampaknya bisa menjadi sangat besar dalam menentukan kebahagiaan. Tidur lebih awal misalnya, sangat berperan dalam meningkatkan vitalitas yang dibutuhkan untuk meraih kebahagiaan. Berdasarkan eksperimennya, Gretchen menemukan bahwa kurang tidur dan kelelahan dapat mengakibatkan kita uring-uringan. Kita cepat marah dan mudah membentak saat badan kita lelah sehingga kita cenderung merusak hubungan kita dengan orang-orang di sekitar dan mengakibatkan kita tidak merasa bahagia setelahnya. Sebaliknya, kita lebih dapat menguasai emosi dan tidak gampang ter-provoke saat tubuh dalam kondisi prima sehingga lebih memungkinkan untuk menjaga hubungan baik dengan orang-orang lain di sekeliling yang pada akhirnya dapat membuat kita merasa lebih bahagia.

Kebenaran Indah Kedua yang disimpulkan Gretchen: Salah satu cara terbaik membuat diri bahagia adalah dengan membuat orang lain bahagia. Salah satu cara terbaik untuk membuat orang lain bahagia adalah dengan membuat diri bahagia. “Ketika merasa tidak bahagia, aku merasa putus asa, lesu, mudah tersinggung, dan tidak tertarik pada orang lain... Sebaliknnya, ketika merasa bahagia, aku cenderung lebih riang, murah hati, kreatif, baik hati, membesarkan hati orang, dan lebih senang membantu” (hal. 342). Jadi untuk membuat diri sendiri bahagia terlebih dahulu bukanlah sebuah proyek yang egois, karena hanya orang yang berbahagialah yang mampu membahagiakan orang lain.

Kebenaran Indah Ketiga: Hari demi hari bisa terasa sangat panjang, tetapitahun bisa terasa teramat singkat. Kita mungkin mengeluh dan menggerutu saat tengah malam terbangun karena tangisan bayi kita yang harus diganti popoknya. Tapi kita akan merindukan saat-saat seperti itu ketika kita melepaskan anak kita tersebut untuk kuliah atau menikah kelak setelah mereka dewasa. Kebenaran Indah Ketiga Gretchen mengingatkan kita untuk hadir pada saat ini, untuk berbahagia di sini dan sekarang, dan untuk tidak gampang menggerutu menghadapi kerepotan harian karena hari-hari itu akan cepat berlalu tanpa kita sadari. “Aku tidak mau menengok ke belakang, pada akhir hidupku atau setelah mengalami bencana besar, dan berpikir, ‘Betapa bahagianya aku saat itu, kalau saja aku dulu menyadarinya’“ (hal. 3) tulisnya.

Kebenaran Indah Keempat: Engkau bahagia jika menurutmu engkau bahagia. Kebenaran Indah Keempat Gretchen menngingatkan kita agar mendorong diri untuk menyadari kebahagiaan yang sesungguhnya sudah di depan mata, namun luput kita sadari.

Gretchen juga mengajarkan kita untuk bertindak sesuai dengan apa yang ingin kita rasakan. Saat kita malas bangun pagi misalnya, kita bisa berkata pada diri kita sendiri, jika aku ingin merasa lebih bahagia setelah ini, mana yang harus kulakukan: bangkit dari tempat tidur atau tidur kembali? Selain itu ia pun memberikan kiat mengatasi frustrasi saat menghadapi tugas yang bagi kita terasa cukup berat, yakni dengan mengatakan pada diri kita sendiri kalimat-kalimat seperti: “Memang berat, tapi aku akan menyelesaikannya demi proyek kebahagiaanku sendiri. Aku akan merasa lebih bahagia setelah berhasil mencapai yang satu ini.”

Masih banyak lagi ajaran-ajaran berharga Gretchen yang tersebar dalam buku international bestseller ini. Namun demikian, terdapat juga beberapa sisi lemah di dalamnya. Di antaranya adalah adanya bagian-bagian yang sepertinya hanya cocok untuk diaplikasikan oleh kalangan menengah ke atas seperti dirinya, misalnya anjurannya untuk “menikmati sedikit keborosan” (hal.203), karena tidak mungkin kalangan yang bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka saja masih menemui kesulitan, dapat mengikuti saran ini. Selain itu, Gretchen juga berpendapat bahwa menampilkan diri selalu ceria dan antusias di depan orang lain adalah lebih baik ketimbang mengekspresikan suasana hati kita apa adanya. Hal ini berlawanan dengan teori psikologi pada umumnya yang justru menganjurkan agar kita secara asertif mengungkapkan perasaan kita apa adanya selama hal itu tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain serta tidak merusak barang atau lingkungan.

Meskipun begitu, sepanjang buku ini Gretchen memang selalu mengingatkan pembaca bahwa apa yang ia tulis di dalam buku ini murni proyek kebahagiaan dirinya pribadi yang belum tentu cocok untuk semua orang. Namun dengan membaca contoh proyek kebahagiaan orang lain, seseorang sangat mungkin untuk memetik pelajaran berharga. Pembaca yang ingin memulai proyek kebahagiaannya sendiri ia sarankan untuk merumuskan resolusi yang telah disesuaikan dengan keunikan individual masing-masing. Gretchen bahkan memandu mereka yang ingin menjalankan proyek kebahagiaannya sendiri melalui beberapa website yang dikelolanya seperti di www.happiness-project.com dan di www.happinessprojecttoolbox.com. Semua website ini bebas diakses siapa saja tanpa dipungut bayaran. Jadi, jika Anda ingin memastikan bahwa tahun ini Anda benar-benar setia menjalankan resolusi Anda, tunggu apa lagi? (*)

*) Eka Kurnia Hikmat, alumnus Fakultas Psikologi Unpad, trainer Partner to Grow.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun