Mohon tunggu...
eka kholifatulhidayah
eka kholifatulhidayah Mohon Tunggu... Jurnalis - eka kholifah

nama : eka kholifatul hidayah alamat rumah : desa Sendang Mulyo rt 03 rw 01 Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama Sebagai Perisai dalam Politik

18 Juni 2019   21:17 Diperbarui: 18 Juni 2019   21:22 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika hal tersebut di bairkan terus-menerus di masyarakat Indonesia ini, maka kemajemukan masyarakat akan terancam dan akhirnya bisa menuju banyaknya perpecahan yang ada. 

Dalam sejarah peradaban manusia, agama memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat juga dalam perpolitikan yang ada di negara. Tidak dapat dipungkiri kerajaan-kerajaan dan institusi agama pada zaman dahulu membentuk hubungan-hubungan mutualisme simbiosis, yang mana kerajaan menjamin keberlangsungan institusi agama dan insititusi agama memberikan pengesahan bagi kerajaan tersebut. Tapi, dalam perkembangan modern saat ini, agama mulai di tinggalkan dan simbol-simbol keagamaan digantikan dengan simbol-simbol Negara.

Terjadinya intrik politik, dan interaksi fungsional maupun konflik merupakan makanan sehari-hari dalam kancah perpolitikan di Indonesia ini. Tentunya agama memiliki pengaruh positif terhadap kehidupan individu maupun kelompok masyarakat tapi saat bergandengan dengan politik, maka bisa menimbulkan ekses-ekses negatif. Pemberangusan kebebasan beragama atas nama mayoritas bisa terjadi. 

Hal ini menunjukkan betapa agama sudah menjadi topeng bagi manusia yang rakus akan kekuasaan yang dimana untuk memenuhi kepentingan individu. Situasi perpolitikan di Indonesia amat sarat dengan intrik yang berbalut agama, sudah mengganggu proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Setidaknya ada beberapa faktor-faktor  yang menyebabkan seseorang atau beberapa kelompok masyarakat yang mudah mengatasnamakan agama dalam kehidupan sehari-hati khususnya dalam bidang politik ini. 

Pertama, perasaan merasa terdzalimi yang diinternalisasikan kedalam diri dan mengaitkan identitas diri dengan agama. Perasaan frustasi yang muncul akibat persaingan hidup yang semakin ketat dan tingkat kesulitan hidup makin tinggi.

Kedua, motif mencari pendukung dan melegalkan keinginanya. Untuk dapat mempengaruhi orang lain untuk berada di pihaknya, maka mengatasnamakan agama mejadi salah satu teknik yang dianggap mampu. 

Terlebih lagi, agama merupakan suatu hal yang sakral dan bersifat dogmatis dan jika digunakan akan mampu mempengaruhi banyak orang dengan berbagai latar bekang sosial. Motif mencari pendukung ini kemudian mudah tercapai karena banyak masyarakat awam agama namun memiliki semangat beragama yang tinggi.

Pada dasarnya, semangat keberagamaan yang tinggi dan menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan dalam diri kemudian mengakulturasikannya pada kehidupan sehari-hari adalah sikap yang patut untuk diapresiasi dan didukung. Akan tetapi, semangat keberagamaan ini juga hendaknya diikuti dengan perilaku mempelajari agama dengan benar. Di sisi lain, juga berhati-hati dalam menggunakan agama agar tidak memberikan kesan agama menjadi alat untuk mencapai kepentingan pribadi dan golongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun