Jika hal tersebut di bairkan terus-menerus di masyarakat Indonesia ini, maka kemajemukan masyarakat akan terancam dan akhirnya bisa menuju banyaknya perpecahan yang ada.Â
Dalam sejarah peradaban manusia, agama memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat juga dalam perpolitikan yang ada di negara. Tidak dapat dipungkiri kerajaan-kerajaan dan institusi agama pada zaman dahulu membentuk hubungan-hubungan mutualisme simbiosis, yang mana kerajaan menjamin keberlangsungan institusi agama dan insititusi agama memberikan pengesahan bagi kerajaan tersebut. Tapi, dalam perkembangan modern saat ini, agama mulai di tinggalkan dan simbol-simbol keagamaan digantikan dengan simbol-simbol Negara.
Terjadinya intrik politik, dan interaksi fungsional maupun konflik merupakan makanan sehari-hari dalam kancah perpolitikan di Indonesia ini. Tentunya agama memiliki pengaruh positif terhadap kehidupan individu maupun kelompok masyarakat tapi saat bergandengan dengan politik, maka bisa menimbulkan ekses-ekses negatif. Pemberangusan kebebasan beragama atas nama mayoritas bisa terjadi.Â
Hal ini menunjukkan betapa agama sudah menjadi topeng bagi manusia yang rakus akan kekuasaan yang dimana untuk memenuhi kepentingan individu. Situasi perpolitikan di Indonesia amat sarat dengan intrik yang berbalut agama, sudah mengganggu proses kehidupan berbangsa dan bernegara.
Setidaknya ada beberapa faktor-faktor  yang menyebabkan seseorang atau beberapa kelompok masyarakat yang mudah mengatasnamakan agama dalam kehidupan sehari-hati khususnya dalam bidang politik ini.Â
Pertama, perasaan merasa terdzalimi yang diinternalisasikan kedalam diri dan mengaitkan identitas diri dengan agama. Perasaan frustasi yang muncul akibat persaingan hidup yang semakin ketat dan tingkat kesulitan hidup makin tinggi.
Kedua, motif mencari pendukung dan melegalkan keinginanya. Untuk dapat mempengaruhi orang lain untuk berada di pihaknya, maka mengatasnamakan agama mejadi salah satu teknik yang dianggap mampu.Â
Terlebih lagi, agama merupakan suatu hal yang sakral dan bersifat dogmatis dan jika digunakan akan mampu mempengaruhi banyak orang dengan berbagai latar bekang sosial. Motif mencari pendukung ini kemudian mudah tercapai karena banyak masyarakat awam agama namun memiliki semangat beragama yang tinggi.
Pada dasarnya, semangat keberagamaan yang tinggi dan menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan dalam diri kemudian mengakulturasikannya pada kehidupan sehari-hari adalah sikap yang patut untuk diapresiasi dan didukung. Akan tetapi, semangat keberagamaan ini juga hendaknya diikuti dengan perilaku mempelajari agama dengan benar. Di sisi lain, juga berhati-hati dalam menggunakan agama agar tidak memberikan kesan agama menjadi alat untuk mencapai kepentingan pribadi dan golongan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H