Mohon tunggu...
eka azwin lubis
eka azwin lubis Mohon Tunggu... -

belajar menulis untuk mengeksplorasi segala gagasan kecil yg dharapkan jd setitik sumbangsih bagi perubahan peradaban kaku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Degradasi Moral Kaum Pembaharuan

8 Mei 2012   10:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:33 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Berikan aku sepuluh pemuda, akan ku goncang dunia”, itulah slogan Bung Karno mengenai pemuda dan perannya dalam sendi kehidupan. Beliau menyadari betul betapa urgennya peran pemuda dalam menghadapi tantangan kehidupan yang membutuhkan persaingan dan kerja keras. Bukan tanpa alasan Soekrano mengatakan hal yang demikian, karena harus disadari bahwa pemudalah yang memiliki mental baja dan berkeinginan keras untuk menggapai keinginannya.

Jika kita melihat kebelakang, ungkapan tersebut bukanlah isapan jempol belaka, karena harus diakui bahwa kaum pemuda lah yang menjadi motor pergerakan berkecambukknya perlawanan arek – arek suroboyo dalam mengusir kolonial Belanda yang saat itu dipimpin oleh AWS. Mallaby yang akhirnya tewas terbunuh di medaan perang melawan kegigihan para kaum muda surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo.

Bung Tomo sendiri di Surabaya merupakan salah satu tokoh muda pemimpin revolusioner Indonesia yang paling dihormati. Tokohterkenal ini bagi banyak orang yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia mewakili jiwa perjuangan revolusi utama Indonesia saat itu.

Maka wajar jika Soekarno begitu besar menaruh harapan terhadap pemuda dalam mengawal jalannya roda pemerintahan yang saat itu masih seumur jagung. Banyak tokoh – tokoh muda yang menjadi sosok sentral yang menduduki peran vital dalam pemerintahan yang dipimpin oleh Soekarno pada saat itu.

Namun, apakah keadaan kaum muda pada saat itu sama dengan realita yang dilakukan oleh kaum muda pada saat ini? Sebab suka atau tidak suka kita harus jujur mengakui bahwa degradasi moral dan mental kaum muda sudah terjadi di Indonesia. kejadian yang tidak jauh berbeda antara masa lalu dan keadaan saat ini, dimana kaum muda tetap menjadi golongan yang tetap mendapat tempat di hati para penghuni negeri.

Hal ini terbukti bagaimana banyaknya sosok – sosok muda yang menduduki peran vital dalam sistem birokrat Indonesia. ini mengindikasikan bahwa para pemuda masih dinggap kaum yang potensial dalam mengemban amanat pemimpin negeri pada masa lalu untuk membawa bangsa ini menuju kejayaan dimasa depan.

Das sollen but das sein ( harapan dan kenyataan ) agaknya tidak berjalan sesuai harapan, kaum muda yang begitu di banggakan seolah lupa dengan status mereka sebagai golongan pembaharuan yang berani dan dinamis dalam mengemban amanah rakyat. Tidak bisa dipungkiri bahwa para tokoh muda di bangsa ini yang justru mencoreng citra positif pemuda. Dari mulai carut marutnya organisasi yang mengatasnamakan pemuda demi keuntungan finansial semata sampai tingkah para kaum muda yang menjadi wakil rakyat baik yang duduk di kursi legislatif maupun yang berada di instansi pemerintahan lainnya.

Fakta menunjukan, Gayus Halomoan Tambunan merupakan tokoh muda yang menyalahgunakan wewenagnya sebagai pejabat pajak demi kemaslahatan individunya. Indonesia seolah tersontak dengan fenomena ini, bagaimana seorang yang hanya bergolongan IIIA dapat memainkan peran vital dalam kasus korupsi yang melibatkan banyak pihak tersebut. Tak kurang jaksa sekelas Cirus Sinaga ikut terjerembab dalam panas dan kotornya permainan politik yang beracuan pada tindak pidana korupsi yang didalangi oleh Gayus.

Gayung bak bersambut, belum lagi usai masalah yang menimpah Gayus, muncul lagi masalah yang tidak kalah menghebohkan yang lagi – lagi melibatkan kaum muda sebagai aktor utamanya. Nama Nazzarudin muncul kepermukaaan seiring dengan terkuaknya kasus aliran dana suap wisma atlit Sea Games di Palembang yang terindikasi untuk mendanai salah satu calon ketua umum partai Demokrat dalam kampanyenya untuk mengamankan posisi sebagai ketua umum partai. Nazzarudin yang saat itu menjabat sebagai bendahara umum partai Demokrat bertugas melobi badan anggaran DPR yang juga dihuni oleh tokoh – tokoh muda seperti Angelina Sondakh untuk megucurkan dana untuk wisma atlit Sea Gamesyang sebagian justru di manfaatkan untuk menyokong Anas Urbaningrum sebagai ketua umum partai Demokrat.

Ini merupakan cambukan yang sangat keras bagi kaum muda bagaimana para aktor politik yang tergolong kaum muda melakukan penyimpangan yang luar biasa. Banyak pihak yang menyayangkan kasus ini dapat terjadi, mengingat mereka merupakan orang – orang yang memiliki potensial dalam mengemban amanat rakyat untuk merealisasikan harapan mereka dan penyambung aspirasi rakyat.

Generasi muda adalah the leader of the future. Makanya di tangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika kaum mudanya memiliki semangat dan kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya, maka sesungguhnya semuanya itu akan kembali kepadanya. Hasil pembangunan dalam aspek apapun sebenarnya adalah untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya.

Tapi sebaliknya, apakah keum muda masih bisa diharapka jika mental yang mereka tunjukan justru sangat mencoreng identitas kaum muda itu sendiri. Implementasi yang mereka lakukan justru jauh dari nilai – nilai kejujuran. Sangat naif rasanya jika kita masih menganggap kaum muda merupakan kaum yang penuh potensial dalam mambawa bangsa ini menuju kesejahteraan.

Apalagi fakta yang sangat mengejutkan tentang tindak pidana korupsi kembali lagi terjadi di Indonesia yangkembali lagi melibatkan aktor politik yang berusia muda.

LSI( Lembaga Survei Indonesia ) baru – baru ini merilis hasil surveinya yang menunjukan publik kecewa terhadap kiprah politisi muda yang yang banyak melakukan penyimpangan dalam menjalankan tugasnya. Berbagai kasus korupsi yang melibatkan politisi muda satu persatu mulai terkuak ke permukaan.

Sangat mengecewakan jika hal ini terus menerus terjadi, buakan tidak mungkinkepercayaan publik akan menurun kepada kaum muda untuk memimpin negri mengingat tindakan – tindakanyang mereka lakukan. Bisa jadi pemuda tidak akn mendapat tempat lagi dihati mayoritas rakyat Indoneia yang beranggapan bahwa politisi muda hanya memikirkan bagaimana caranya untuk mengumpulkan unag sebanyak – banyak semasa mereka menjabat sebagai anggota dewan untuk kesejahteraan mereka di hari tua nanti.

Diharapkan sekali bahwa pemuda harus segera sadar siapa dirinya yang seharusnya menjadi referensi bagi golongan tua dalam bertindak. Bukan malah bahu membahu dalam menjalankan praktik tinndak pidana korupsi. Ada beberapa hala urgen yang tidak boleh dilupakan untuk membentengi moral kaum muda demi terjaganya kemurnian niat dalam menjalankan tugas yang telah damanahkan rakyat agar tidak terkontaminassi dengan niat – niat jelek setelah mereka memasuki sistem pemerintahan, yaitu:


  1. Pendidikan dan dorongan.

Pemuda yang berpendidikanlah pemuda yang berkarakter, tapi pendidikan yang telah didapat tersebut harus diimbangi dengan dorongan dari orang – orang terdekat agar hidup menjadi orang yang berguna bagi orang lain, tidak perlu bergelimangan harta, karena kebahagiaan bukanlah dinilai dari banyaknya harta.


  1. Lebih banyak mentor.

Tukar pikiran dengan orang lain terutama yang lebih tua dan berpengalaman merupakan satu tin dakan bijak yang harus dijaga keberlangsungannya agar politisi muda tidak gamang dalam menghadapi lika – liku sistem politik.


  1. Dukungan rohani.

Semua itu tidak akan berarti jikalau tidak didukung dengan iman yang kuat, sebab apa pun ceritanya yang menjadi benteng terakhir seseorang untuk bertindak jahat adalah kekuatan iman, maka dari itu apabila iman para politisi muda sudah kuat, layaknya mereka menyandang status kaum pembaharuan.

Sebab “Semakin besar harapan itu, semakin mudah publik kecewa. Publik telanjur diromantisasi oleh kiprah politisi muda yang mengubah zamannya, seperti lahirnya Budi Utomo, Sumpah Pemuda, perubahan rezim dari Orde Lama ke Orde Baru dan Orde Baru ke Orde Reformasi” papar Adjie Alfariby, peneliti LSI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun