Berdasarkan angket google form[1] yang disebar oleh penulis yang berisi tentang minat baca dan penggunaan media sosial, sebanyak 90% lebih suka menggunakan media sosial dibandingkan membaca buku.Â
Lalu dalam penggunaan media sosial, hanya 19,3% yang digunakan untuk membaca buku atau artikel, selebihnya dihabiskan untuk membaca chat, melihat story orang, dan aktivitas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang masih lebih tertarik menggunakan media sosial dari pada membaca.
Keempat, minimnya dorongan dari keluarga untuk membaca. Masih banyak keluarga di Indonesia yang masih beranggapan anak pasti akan bisa menyukai membaca dengan sendirinya ketika sudah besar.Â
Namun, kenyataannya bukan demikian. Sebuah kebiasaan baik haruslah dibina sejak kecil, sehingga ketika anak sudah besar, maka anak memiliki jiwa suka membaca.Â
Anak usia dini harusnya tidak dikenalkan pada media sosial terlebih dahulu, namun lebih diarahkan untuk membaca tentang kisah sederhana yang mudah diingat oleh anak-anak, seperti kisah para pahlawan maupun kisah tentang nabi dan rasul.
Kondisi yang telah dipaparkan di atas sangat memprihatinkan. Bisa dikatakan bahwa Indonesia tengah mengalami darurat membaca. Hal ini sangat ironis, yakni pada saat ini Indonesia tengah mempersiapkan generasi mudanya untuk menjadi generasi yang unggul.Â
Ini merupakan bencana bagi bangsa Indonesia jika tidak segera mendapatkan penanganan khusus, karena bagaimanapun untuk meningkatkan kualitas sebuah negara ialah tergantung pada sumber daya manusianya.Â
Manusia yang unggul dibangun oleh pengetahuan yang luas, yang bisa diperoleh melalui aktivitas membaca. Langkah utama untuk mendapatkan generasi unggul adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yaitu dengan membaca.
Komunitas Literasi
Menanggapi permasalahan rendahnya minat baca di Indonesia, maka diperlukan sebuah kelompok yang peduli akan masalah ini, yaitu komunitas literasi. Komunitas literasi diadakan dengan beragam kegiatan yang bermanfaat berkaitan dengan membaca.Â
Sebuah komunitas literasi perlu dibentuk karena harapannya dapat saling memberi motivasi untuk membaca dalam suatu keanggotaan komunitas tersebut. Penulis merancang komunitas literasi dengan beberapa kegiatan sebagai berikut.