1. Kesadaran akan Kondisi Keuangan
Mengutip kalimat dari karakter Kaluna : “ Orang biasa kayak gue tuh, mau mimpi juga harus tahu diri ternyata “, yah ... bukan lahir sebagai Putri Tanjung, setidaknya memiliki kesadaran diri soal kondisi finansial.
Saya menutup mata pada pembahasan mengenai soal gadget keluaran terbaru yang nggak tahu fungsinya untuk apa, menghapus aplikasi e-commerce dan cenderung belanja di warung tetangga sesuai apa yang dibutuhkan saat ini.
Meskipun belanja di warung tetangga tergolong lebih mahal, tapi setidaknya belanja sesuai apa yang dibutuhkan dan tidak lapar mata untuk jajan yang lainnya, bukan?
Jika pun membutuhkan belanja online, biasanya saya meminta tolong kepada anggota keluarga yang lain sehingga mata saya tidak ikut menjelajahi barang - barang yang di e-commerce.
2. Menciptakan hiburan yang tidak mengeluarkan biaya
Salah satu faktor terjebak doom spending adalah dipicu faktor stres. Saran saya jangan buka aplikasi e-commerce ketika malam hari atau tengah malam saat kondisi overthinking melanda. Jangan ya dek, kalau tidak berujung terjebak check out barang yang tidak diperlukan kemudian ujungnya menyesal.
Alihkan perhatian dengan membaca buku, menikmati secangkir teh di teras rumah ataupun mengurus tanaman salah satu kegiatan yang dapat dilakukan sebagai pengalihan dari rasa stres.
Jika terasa kurang menghibur, cukup berjalan kaki sekitar rumah dan tersenyum kepada tetangga ataupun memberi les di akhir pekan kepada anak kecil di sekitar rumah adalah ide menarik untuk mengalih perhatian dari scrolling e-commerce atau rells IG maupun VT Tik-tok. Lumayan kan yah dapat pemasukan juga.
3. Bekali Mengenai Literasi Keuangan dan Pahami mengenai Kebutuhan dan Keinginan
Ini hal dasar yang perlu dalam diri sendiri soal literasi keuangan dan bagaimana memperlakukan uang sebagaimana mestinya. Dan, juga perlu dibedakan juga antara sedekah dengan utang. Jangan mudah memberi utang kepada orang dengan dalih membantu jika tidak ada kepastian uang tersebut akan kembali ke dirimu.