Mohon tunggu...
Eka Herlina
Eka Herlina Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Seorang teman bagi temannya, seorang anak bagi ibu, dan seorang perempuan bagi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamu dan Segelas Es Americano dalam Sebuah Kisah Perpisahan yang Nyata

12 Juli 2024   21:40 Diperbarui: 12 Juli 2024   22:01 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menyesapi pahitnya es Americano seraya menatap laman word dokumen yang masih kosong. Pikiranku melayang pada kasur di kamar dan kegiatan rebahan sambil menelusuri reels instagram ; mengalihkan pikiran ini tentang dirimu.

Namun, realitas kehidupan membawaku merasakan pahitnya segelas americano yang sebenarnya berbalut kesegaran. Menampar pikiranku sejenak untuk menghadapi kenyataan hidup ; bahwa duniamu tak lagi seputar diriku. 

Jika pun harus memilih, aku ingin menikmati manisnya Spanish Latte dengan sebuah novel yang mengisahkan romantisme cinta. Manis dan indah layaknya segelas Spanish Latte yang disajikan di pengujung sore hari.

Wallah, you have a good heart,” – pesan yang kamu kirim membuatku tersenyum manis. 

Sayangnya, hidup tak lagi soal manisnya cerita bersamamu saat namamu tak lagi hadir di pesan Whatsapp. Tak ada lagi video mengemaskan yang kamu kirimkan sekedar menyakinkan bahwa ada aku dalam ingatanmu nan jauh disana. 

****

Hidup memang penuh candaan. Aku dan kamu dipertemukan lewat aplikasi online belajar bahasa namun bisa berujung pada romantisme sebuah hubungan meskipun sekedar lewat pesan singkat. 

Namanya hidup yang memiliki kejutan - kejutan tak terduga, bukan? 

Sebagaimana segelas es Americano. Diantara pahitnya yang mengejutkan lidah, terdapat kesegaran yang perlahan rasa pahit berganti menjadi rasa hambar. Sebagaimana akhir dari kisah ini.

“ Don’t pray to me, get over it !” 

Pesan terakhir yang kamu kirim dan benar-benar menyisakan kesunyian layaknya ketika lidah pertama kali merasakan pahitnya Americano ; mengejutkan.

Tanpa angin badai – padahal sebelumnya kamu mengirimkan pesan menanyakan kabar dan mengirimkan video sebuah coffee shop fancy di tempatmu berada saat itu – , namun secara mengejutkan kamu mengakhiri hubungan percakapan yang menyenangkan selama beberapa bulan ini sejak kita dipertemukan dalam ruang aplikasi online tersebut.

Tak ada yang pasti tentunya dalam pertemuan dunia maya, sekalipun ada banyak kisah manis di dalamnya. Tak ada yang lebih nyata daripada pertemuan tatap muka di suatu tempat dan mengalir kisah indah layaknya menikmati Spanish Latte di pengujung sore hari. 

Barangkali aku yang menganggap hubungan ini senyata harapan akan sebuah realitas yang menyenangkan semanis Spanish Latte. Ya, diri ini harus ditampar dulu dengan pahitnya es Americano di siang hari. Biar bangun dari mimpi !

****

Barangkali menjauhnya dirimu adalah jawaban dari do'a-do'aku pada suatu malam – menyadari perjalanan tak berujung bersamamu. Tentang kenyataan jurang yang membatasi antara bahasa hingga jarak yang sulit diraih. 

Aku menyeruput pelan es Americano yang tersisa sedikit, dan minuman tersebut masih saja setia dengan rasa pahitnya meskipun es di dalamnya sudah mencair. 

Aku menghela napas pelan, menutup laman word yang kosong ; sekosong pikiranku dan hanya terpaku pada satu pertanyaan tentang menjauhnya dirimu. Aku tersadar pada sesuatu yang salah sejak mulai memasuki namamu bagian dari hari-hariku. Tersesat dalam kegembiraan semu yang sulit terhenti. 

****

Pengujung sore dan segelas americano yang masih tersisa ... mataku tak lagi terpaku pada layar laptop melainkan pada ponsel yang ku gengam hampir 10 menit. Aku menarik napas, berpikir untuk solusi terbaik agar terbebas pada perasaan yang sulit ku pahami saat ini. 

You are really to be my moon ; really stay away from me, 200.000 more miles away from me. I can’t reach you now. Thank you for your time all this time. Fi amanillah – 

Pahitnya Americano di lidah tak lagi sebuah rasa yang asing dan mengejutkan, perlahan menjadi hambar tatkala menyerah semua keresahan tentang dirimu pada Sang Pemilik kehidupan ini. 

Dan, sore ini aku pun mengakhir kisah kita. Memutuskan menutup mata dan mengabaikan pada kisah yang pernah terjalin untuk beberapa bulan ini. Pelan dan perlahan semua akan menjadi biasa saja. Ya, biasa saja …! 

I leave you in the care of Allah. Bye ! 

.

Padang, Juni 2024 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun