Komika Abdur Arsyad benar bahwa guru adalah pahlawan yang perlu tanda jasa. Pak Wahyu mungkin nggak pernah terpikir apa yang dilakukannya pada saat itu adalah titik balik saya memahami peran sebagai pelajar dan bocah yang menemui jalannya mencintai ruang kelas dan pelajaran Bahasa Indonesia.
Bisa jadi kecintaan saya dalam menulis tumbuh dari kesenangan terhadap pelajaran bahasa Indonesia yang bibitnya berasal dari pujian saat di bangku sekolah dasar tersebut.Â
Beliau mungkin tidak menyadari pujian yang dilontarkan kepada saya dan perjalanan dalam menjadi pendidik mengubah saya menjadi pribadi yang lebih baik.Â
Namun, sayangnya saat itu saya tidak bisa mengubah cerita sepeda bututnya dan kaos kaki bolongnya yang menjadi sesuatu yang bernilai baik.
Jasanya terlupakan begitu saja seiring kaki ini mulai melangkah lebih jauh melihat dunia, sama halnya gambaran tentang wajah beliau memudar dalam ingatan saya. Ironis jika suatu hari bertemu di jalan, saya mungkin lupa bahwa ia adalah Pak Wahyu. Dan, sungguh disayangkan.
Cerita bapak kali ini bukan karena Peringatan Hari Guru Nasional 2023 yang membuat saya mengingat bapak. Tapi, setiap kali terjebak pada obrolan tentang dunia pendidikan ; nama Pak Wahyu adalah yang terlintas di pikiran saya pertama kali.Â
Teruntuk Pak Wahyu, maafkan kekurangan dalam hal mengingat wajahmu. Namun, percayalah cerita tentang Bapak selalu melekat dalam ingatan ini. Pada akhirnya hanya doa yang terbaik semoga Allah melindungi beliau.Â
Yah, untuk saat ini do’a adalah sebaik-baiknya bayaran yang bisa saya hadiahkan untuk bapak. Terima kasih telah menghadirkan cerita baik dalam perjalanan sekolah saya, pak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H