Perihal memilih pemimpin bukanlah sesuatu main-main dan mudah. Ada kehidupan sosial masyarakat yang dipertaruhkan. Untuk itu masing-masing dari kita tentu punya kualifikasi dalam hal memilih termasuk memilih presiden dan wakil presiden. Ada yang memiliki pandangan yang sama, namun juga ada yang berbeda.
Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden pun telah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dan, segala program kerja pun dari pasangan calon pemimpin rakyat ini pun sudah berseliweran di media maupun di sosial media.
Kita punya pandangan berbeda terhadap pilihan politik. Perbedaan yang kerap kali menjadi sumber dari keributan tentu bukanlah sesuatu yang diinginkan. Berkaca dari pemilu sebelumnya, hendaknya perbedaan tersebut justru disikapi dengan bijak dengan menghindari saling ejek dan fitnah serta menghargai pandangan politik setiap orang.
Berpegang pada semboyan negara ini yang menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terdiri dari beraneka ragam adat dan budaya, Â Bhinneka Tunggal Ika . Dimana kita lahir dan dianugerahkan dengan ragam perbedaan ragam adat dan budaya, namun tetap terikat kuat dalam NKRI.Â
Artinya kita sudah dihadapkan dengan ragam perbedaan sejak lahir – Sejak NKRI ini ada, lalu karena perbedaan pandangan politik haruskah keributan dan ragam emosi saling ego merusak pesta demokrasi ini?
Menyambut tahun politik di awal 2024 nanti, belajarlah untuk tidak saling ejek, fitnah dan menyebar berita bohong serta menjauhkan ego terhadap perbedaan pandangan politik agar upaya menggapai kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita boleh berbeda, tapi NKRI tetap satu !
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI