Eka Fitriani, Novita Nurul Azizah, Tara Damayanti
Fakultas Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
Proses pembelajaran di sekolah dasar memiliki banyak perbedaan dari jenjang pendidikan lainnya. Pembelajaran di sekolah dasar lebih banyak memperhatikan tahapan dan karakteristik perkembangan peserta didik. Oleh karena itu, guru di jenjang sekolah dasar harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai karakteristik perkembangan peserta didik.Â
Sementara itu, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit terutama bagi peserta didik di kelas rendah pada jenjang sekolah dasar. Peserta didik mengalami kesulitan dalam matematika yang menuntut mereka untuk berpikir logis, analitis, dan sistematis yang berdampak pada ketidakmampuan peserta didik dalam mengerjakan soal dan pertanyaan yang diberikan guru (Ahmad et al, 2022). Oleh karena itu, pembelajaran matematika perlu menanamkan konsep-konsep dasar dari materi yang paling dasar agar peserta didik memiliki pemahaman yang mendalam, memiliki kemampuan berpikir kritis, dan mandiri. Salah satu materi awal adalah pada tingkat kelas 1 sekolah dasar adalah penjumlahan bilangan 1-20. Pada materi ini, pemahaman konsep sangat penting untuk benar-benar ditanamkan agar peserta didik tidak mengalami kesulitan yang lebih besar pada materi yang lebih kompleks dan sulit.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengasah keterampilan berpikir kritis dan kemandirian peserta didik pada kelas 1, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang mengembangkan model belajar centers based learning. Model belajar ini terdiri dari empat centers dengan ragam aktivitas berbeda yang menuntun peserta didik untuk berpikir kritis dan mandiri. Pengembangan model belajar ini dikembangkan dengan metode ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation).Â
Pengembangan ini menggunakan subjek peserta didik kelas 1 sebanyak tiga kelas dari SD Kristen Charis Kota Malang. Subjek penelitian terdiri dari 63 orang peserta didik . Pengembangan dilaksanakan selama 2 bulan pada bulan Maret-Mei dengan melibatkan berbagai proses dan ahli dari berbagai bidang.
 Hasilnya, pengembangan ini menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil produk yang telah di uji validasi media dan konten dengan kategori sangat cocok dan cocok untuk digunakan. Selain itu, pengembangan model belajar ini juga menunjukkan peningkatan pada hasil rata-rata keterampilan berpikir kritis dan kemandirian peserta didik. Aspek kemandirian meningkat pada setiap kategori kecuali kategori belum terlihat, meski masih terdapat peserta didik dengan kategori tersebut. Sedangkan aspek kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan pada setiap kategori kecuali kategori sangat rendah, meski masih terdapat peserta didik pada kategori tersebut. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kemandirian belum sepenuhnya maksimal dipengaruhi oleh faktor seperti pelaksanaan kegiatan yang hanya dilakukan satu kali, peserta didik yang merupakan anak berkebutuhan khusus, atau perlu bimbingan lebih dari guru. Model center based learning secara umum dapat digunakan guru sebagai variasi kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemandirian peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H