Mohon tunggu...
Eka Fitriani
Eka Fitriani Mohon Tunggu... Guru - A Javanese

A student of English Education Study Program,Universitas Jambi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Words for You

30 November 2019   08:22 Diperbarui: 30 November 2019   08:28 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah  tiga jam aku duduk di sini. Langit mulai berwarna merah saga, tanda malam akan segera tiba. Tapi, rinduku belum usai dituai.  Seinaku sayang, berada di dekatmu membuatku ingin menghentikan waktu.

Tiga jam benar-benar singkat untuk tiga bulan perjumpaan terakhir kita. Aku ingat, hari itu aku juga membawakan bunga matahari kesukaanmu. Saat kutanya kenapa kau suka bunga matahari kau hanya menjawab sekenanya saja.

"Karna ini bunga yang warnanya kuning dan namanya bunga matahari."

Tapi aku tau benar bahwa, kau tidak pernah benar-benar memiliki alasan untuk apapun yang kau cintai.

Sejak seminggu lalu, aku sudah berencana mengujungimu pekan ini. Entahlah, hanya saja beberapa malam belakangan kau semakin sering hadir di tidurku yang tak lelap.

Pagi ini pun aku sudah izin dengan boss ku, aku ingin mengunjungimu.

"Kamu boleh saja pulang lebih awal Kenan. Tapi ingat, deadline laporan pemasaran untuk tiga bulan harus sudah selesai senin depan. Aku tidak mau tau apapun alasanmu."

Kau tau seina, bosku itu masih sama galaknya seperti dulu. Tapi jika sudah tentang dirimu, dia selalu bisa memaklumiku.

2 jam perjalanan kemari sungguh bukan apa-apa buatku. Karena aku bahkan pernah menemanimu mendaki gunung selama berhari-hari demi melihat matahari. Apapun tentang matahari memang selalu jadi kesukaanmu, bunga matahari salah satunya. Matahari terbit dan terbenam adalah kesukaanmu yang lainnya.

Tiba di hadapanmu, rinduku membuncah sedemikian hebatnya. Aku ingat saat kau menyambutku dengan senyummu yang tak lebar setiap kali aku berkunjung.

"Kalo aku senyum lebar-lebar nanti kamu diabetes karena saking manisnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun