Eksplorasi dan Eksploitasi
Sikap naluriah manusia mengenai keindahan inilah yang kemudian menjadi sebuah persoalan. Bagaimana jadinya jika manusia terus ingin mengeksplorasi alam?Â
Ya, maka akan ada lebih banyak tempat wisata baru, wisatawan-wisatawan baru, sensasi kesenangan yang baru, dan tentu saja ladang bisnis yang baru.Â
Semua dilakukan demi memenuhi konsep kebahagiaan dalam diri manusia yakni terpenuhinya kebutuhan materil dan hasrat atau keinginan. Dampaknya tentu sudah jelas, banyak tempat akan kesuciannya akibat sentuhan-sentuhan manusia.
Memang benar bahwa banyak tempat-tempat wisata alam yang ada saat ini turut membawa narasi mengenai pelestarian lingkungan. Misalnya larangan membuang sampah sembarangan, larangan merusak pepopohonan, hingga upaya konservasi. Hal ini tentu saja membawa dampak yang positif.
 Akan tetapi coba lihat juga berapa banyak tempat wisata alam yang sebenarnya malah merusak. Dengan membawa konsep instagramable misalnya,  pepohonan dikuliti untuk kemudian dibaluri cat, dipaku demi membangun sebuah rumah pohon, hingga area perbukitan yang ditebangi demi punya lahan untuk membuat simbol hati dengan latar belakang pegunungan supaya terkesan alami. Padahal kesemuanya itu tak lebih dari sekedar eksploitasi.
Wisata alam seharusnya tak sekedar soal meraup uang dan kesenangan, melainkan juga upaya melestarikan. Karenanya perlu adanya pengelolaan yang baik, usaha yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan sehingga dapat memberi manfaat kepada lebih banyak orang untuk waktu yang lebih lama pula.
Meskipun begitu, tak semua tempat menarik butuh wisatawan. Beberapa bagian bumi penting untuk tetap dijaga seperti apa adanya. Alam yang asli akan memberi manfaat yang berkelanjutan dimasa mendatang.Â
Oleh karena itu, mari bijak dalam memanfaatkan alam dengan tidak melakukan eksploitasi berlebihan. Salam konservasi, bumi lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H