Mohon tunggu...
Eka Feby Setiasari
Eka Feby Setiasari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi UIN

Dream

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Internet dan Media Sosial Bagi Pelajar terhadap Perilaku Belajar Siswa Menurut Teori Erik Erikson

18 April 2021   22:56 Diperbarui: 18 April 2021   23:39 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

6. Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda)

Keintiman vs isolasi. Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.

7. Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah)

Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian.

8. Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir)

Integritas vs keputusasaan. Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus asa. (sumber: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/7029/5274/)

Dari 8 tahapan yang dikembangkan oleh Erik Erikson dapat diketahui bahwa seseorang mengalami perkembangan yang pesat pada tahapan Identity versus Role Confusion (12-18 tahun). Tahap ini merupakan masa standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Sehingga sangat berpengaruh terhadap perilaku belajar. 

Menurut Syah (Nusantara, 2013) ciri-ciri  perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar, yaitu: Perubahan intensional, perubahan yang terjadi dalam proses belajar merupakan suatu berkat dan juga pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung arti bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang terjadi dan juga dialami atau sekurang-kurangnya merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan dan seterusnya.

Selanjutnya, pada penelitian (Kartika Mariskhana, 2018) mengatakan bahwa media sosial berdampak secara persial terhadap motivasi belajar siswa disekolah. Motivasi siswa dapat menurun karena penggunaan situs jejaring sosial. Jika siswa menggunakan situs jejaring sosial dalam durasi yang tidak lama, maka kemungkinan besar waktu yang tersisa bisa digunakan untuk belajar. Namun sebaliknya, siswa yang mengabiskan waktunya lebih lama untuk menggunakan situs jejaring sosial, maka waktu untuk belajar akan berkurang banyak. Dalam hal ini, berkurangnya waktu belajar siswa akan mengakibatkan prestasi siswa menjadi kurang memuaskan. Perlu adanya pengawasan khusus bagi siswa yang menggunakan media sosial agar tidak terlena menghabiskan waktu hanya untuk bermain dengan akun pribadi di media sosial.

Penelitian (Setiastuti, 2012) juga mengatakan bahwa media sosial sangat mempengaruhi kepribadian yang menujukkan semakin introvert seseorang maka akan semakain aktif dimedia sosial sebagai pelampiasan. Akibat dari perubahan kepribadian ini akan sangat berpengaruh juga terhadap kreatifitas anak disekolah. Kebebasan penggunaan media sosial juga terdapat dampak positifnya seperti mempermudah mencari informasi tentang pelajaran, namun dampak negatifnya bisa membahayakan anak, akibatnya anak menjadi pemalas dan lupa waktu. Kemudian dalam penelitian Petter (Fitri, 2019) menjelaskan bahwa penggunaan media sosial dikaitkan dengan proses belajar di sekolah ada baiknya sekolah menyediakan website akademik media sosial lainnya yang mendukung proses belajar mengajar.

Menurut penulis penggunaan internet dan media sosial memang memiliki dampak positif namun penggunaan internet dan media sosial yang berlebih juga telah terbukti memang benar adanya akan berdampak negatif terhadap perilaku belajar siswa, perubahan perilaku tersebut berupa menurunnya motivasi belajar siswa dan mempengaruhi kepribadian yang menunjukan siswa menjadi introvert sehingga mengakibatkan pengaruh terhadap kreatifitas anak disekolah menjadi menurun. Sehingga solusi yang ditawarkan penulis adalah dengan adanya pengawasan khusus bagi siswa yang menggunakan media sosial agar tidak terlena menghabiskan waktu hanya untuk bermain dengan akun pribadi di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun