Mohon tunggu...
Eka FatmaYuli
Eka FatmaYuli Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Berbahagialah

Menutup Luka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya Bulan

14 Desember 2021   13:37 Diperbarui: 14 Desember 2021   14:56 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gemericik air keran, terdengar merdu, bak alunan musik klasik yang dapat menenangkan jiwa. Kala itu seorang gadis yang tertidur lelap, seketika terbangun. Ia katakan kepada sosok yang di lihat didepannya, ayo bangun! Jangan jadi seseorang yang hanya menghabiskan nasi! Buatlah suatu perubahan pada dirimu. Sorot mata bulatnya yang sayu perlahan bersinar, memberi isyarat bahwa sudah saatnya aku bangun dan bergegas menuju kamar mandi. Gadis mungil itu bernama Ayla. Sepanjang hidupnya, ia hanyalah gadis yang hidupnya belum berjodoh dengan keberuntungan. Apapun yang dilakukannya tidak pernah sedikitpun mendapat hasil yang dapat membuat lekukan bulan sabit di bibir orang-orang.

Ayla memiliki kedua orang tua yang utuh, lengkap dengan 1 adik laki-lakinya. Saat itu ia masih sangat kecil, rambutnya yang keriting terurai. Ia berlari-larian memanggil ayahnya. "Ayah ayah.. Ayla mau sepeda" Kata ayla. Mendengar perkataan gadisnya yang manis, sang ayah mengelus rambut Ayla dan berkata "Sebentar ya nak, ayah belum punya uang. Nanti kalau ayah sudah punya uang, pasti akan ayah belikan sepeda, agar Ayla dapat menggunakannya untuk sekolah dan mengaji" Apakah ayah mau berjanji denganku? Sahut Ayla "Tentu saja sayang, kalau bukan untuk Ayla, lalu untuk siapa lagi ayah bekerja?" Kata ayah sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan Ayla. "Ayah sangat menyayangimu, Nak.. Tumbuhlah menjadi orang yang dapat bermanfaat bagi orang lain". Pesan ayah kepada Ayla. Ayla yang kala itu sedang  memandang lekat wajah sang ayah, seketika tersadar kala suara adzan berkumandang.

Allahu akbar... Allahu akbar... Ayah dan anak gadisnya bergegas menuju masjid. Dalam perjalanan menuju masjid, si ayah banyak bercerita tentang dirinya di waktu kecil, yang mana belum ada akses jalan mulus, pun surau juga sangat jauh keberadaannya. Ditambah lagi tak ada penerangan seperti sekarang yang membuat masa kecilnya tak bisa di lupakan. Ayla memiliki kebiasaan yang lucu. Ia akan memandang lekat wajah lawan bicaranya hingga kata demi kata selesai di ucapkan, dan tidak akan terlintas sedikitpun di pikirannya untuk berpaling memandang ke arah lain. Tak sadar, ia tersandung batu hingga jatuh di atas aspal. Ia tidak merintih sama sekali, malah ia tertawa sambil melihat ayah. "Ayah Ayla jatuh, tapi ini nggak sakit kok.. Ayla pengen jadi anak yang kuat, kayak ayah" ungkap Ayla. Ayla kalau jalan hati-hati ya nak, lihatnya kedepan, ada kalanya hidup itu tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Terkadang tak di sangka-sangka, rintangan tiba-tiba datang. Dan kita harus siap terjatuh. Pun kalau kita jatuh, gaboleh terus-terusan merenung. Sesegera mungkin harus bangkit dan bergegaslah untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya". Sahut ayah.

Ayah dan putri yang amat ia sayangi, meninggalkan jalanan dengan setetes darah segar berwarna merah. Mereka bergegas menuju masjid terdekat, banyak sudah waktu yang mereka habiskan di sepanjang jalan. Usai sholat, mereka kembali berbincang. Ayah berkata "Ayla, mau tahu arti namamu tidak?", "arti nama? Ummm, mau dong ayah!, imbuh Ayla. "Ayah memberimu nama Ayla karena kau begitu manis. Mata, hidung, pipi, dan bibirmu semuanya serba menggemaskan. Saat itu ayah belum menyiapkan nama untukmu, karena kufikir bayi yang lahir berjenis kelamin laki-laki, mengingat dulu saat mengandungmu, ibumu sangat kucal sekali haha" kata ayah. Lalu si ayah bercerita bahwa kelahiran Ayla berlangsung pada malam hari, ya itulah malam ketika semua orang tertidur lelap. Asyik merajut mimpi-mimpi di atas kasur empuknya. Ayah yang tanpa keluarga atau bahkan rekan, mondar mandir menunggui sang pujaan hati sembari menatap langit dan kebetulan ada seberkas sinar yang terletak di sekitar bulan. Mengingat hal tersebut, tanpa berfikir lama, diberilah nama Ayla untuk putri pertamanya.

Mendengar arti namanya, Ayla mungil berlarian kesana kemari. Rambut keritingnya yang sepanjang bahu itu di biarkan terurai lucu. "Ah senangnya hati ini melihat putriku yang lucu tumbuh dengan sehat nan ceria". kata sang ayah dalam hati. Ayla memang memiliki pribadi yang menyenangkan. Dia selalu ceria meski raganya terluka. Dia ingin selalu melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain, sebab dirinya begitu ingin menjadi gadis yang mandiri.

Detik waktu terus berjalan, hari terus berganti, kenangan yang sudah terlukis dalam kanvas dihatinya, tak mungkin bisa terulang kembali. tak terasa Ayla sudah berusia 12 tahun. Ia sudah memiliki sepeda yang di impikan sedari kecil, dan tentu saja itu adalah pemberian sang ayah. Bocah kecil itu sangat menyukai semua barang pemberian ayahnya, oleh karena itu ia dengan sepenuh hati menjaganya.

"Ayah, terimakasih ya, sudah bekerja keras dan membelikanku sepeda. Besok ketika Ayla sudah besar, pasti Ayla akan jadi anak yang sukses." Kata Ayla. Boleh ayah bertanya sukses menurut Ayla itu bagaimana?" Sahut ayah. "Sukses menurut Ayla ya punya banyak uang, bisa beli yang diinginkan, bisa bikin ayah, ibu sama adik seneng juga." imbuh Ayla. Ayah menjawab dengan nada yang begitu lembut, "Nak, sebenarnya arti sukses itu melampaui dari apa yang kamu sebutkan tadi. Apakah dengan uang, kita bisa membeli kebahagiaan? Lalu mengapa jika uang adalah sumber kebahagiaan atau tolak ukur kesuksesan, mengapa ada orang yang bunuh diri? Bukankah mereka bisa membeli apa yang mereka inginkan? Definisi sukses antara orang yang satu dengan orang yang lain tentu berbeda. Bukan karena banyak uang kita bahagia, bukan juga karena jabatan kita bisa hidup dengan lega. Tetapi tentang bagaimana kita bisa menyikapi hidup dengan penuh syukur, bahagia dan bermanfaat bagi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun