Mohon tunggu...
Eka Dwiningsih
Eka Dwiningsih Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga, Penulis Lepas, Bisnis Owner

seorang ibu rumah tangga merangkap sebagai penulis sekaligus bisnis owner. saat ini fokus dulu di bidang menulis karena sempat tertunda beberapa tahun.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Mencari Solusi Tuntas Kasus Kriminalitas Anak

16 Mei 2024   09:07 Diperbarui: 16 Mei 2024   09:26 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh alarm keras bagi Negara. Lagi kasus kriminalitas anak. Kali ini dilakukan oleh seorang remaja berinisial AR (15) dan RD (14) tersangka kasus pembunuhan Airul Harahap (14) santri pondok pesantren di Kabupaten Tebo, Provinsi jambi. (Metrojambi.com, 4 Mei 2024)

Sementara itu laman Sukabumi.com memberitakan di tanggal 2 Mei 2024 bahwa bocah laki-laki berinisial MA(6) korban pembunuhan sekaligus korban sodomi yang mayatnya ditemukan di jurang perkebunan dekat rumah neneknya di Kecamatan Kadudampit, kabupaten Sukabumi. Lagi-Lagi pelakunya adalah remaja 14 tahun yang masih duduk di bangku SMP. 

Menurut data kasus di Komisi Perlindungan Anak Indonesia tentang kasus anak yang berkonflik dengan hukum mengalami tren peningkatan dari tahun 2020 hingga 2023, tercatat hampir 2000 anak berkonflik dengan hukum. Sebanyak 1467 anak diantaranya menjalani masa tahanan dan masih menjalani proses peradilan. sedangkan 526 anak sedang menjalani hukuman sebagai narapidana. 

Tidak habis pikir apa gerangan yang menimpa jiwa mereka sehingga di usia belia mereka bak Iblis keji yang sanggup menghabisi nyawa sesama manusia.

Jiwa Suci

Seorang anak yang setiap tindak-tanduknya mencerminkan kebaikan dan tutur katanya yang menyenangkan adalah dambaan bagi setiap orang tua. Namun kadang kala kita orang tua harus menghadapi kondisi anak yang berbeda seperti anak yang terkesan 'bandel', 'pembangkang' dan keras kepala.

Maka bagi sebagian orang tua akan senantiasa menimba ilmu untuk menambah bekal dalam mendidik anak melalui berbagai macam ilmu parenting yang telah ada terkait tips sukses dalam pengasuhan anak. Berharap agar apa yang mereka terapkan saat ini berpengaruh baik pada jiwa anak di masa depan. 

Namun, tidak bisa kita menutup mata bahwa sebagian besar kondisi masyarakat yang terbatas dalam setiap aksesnya untuk menimba ilmu parenting, sehingga minim nya pengetahuan mereka juga mempengaruhi cara mendidik anak-anak mereka. Sehingga sikap negatif yang muncul pada diri anak dibalas negatif pula oleh orang tua berupa kekerasan fisik maupun verbal. Sehingga hal ini juga sedikit banyak mempengaruhi karakter yang terbentuk pada jiwa anak. Seorang anak yang mendapatkan balasan negatif dari kenakalan yang dilakukan bisa merusak jiwa anak, membuat anak bermental rendah diri, atau sebaliknya yaitu bermental pemberontak, kenakalan remaja bahkan berujung pada tindak kriminal hingga ada nyawa yang melayang. 

Kenapa Bisa Terjadi ?

Pertama. Kemudahan akses internet hari ini adalah salah satu hal yang perlu diwaspadai. dengan semakin mudahnya akses informasi saat ini memudahkan juga bagi anak-anak remaja kita untuk mengakses apa saja termasuk hal-hal yang menimbulkan sikap agresif misalnya game, video, aplikasi, dll. Jika anak-anak remaja mengakses itu, ditonton terus menerus, bahkan sampai pada level candu, maka hal itu pelan-pelan akan mempengaruhi otak mereka. Perilaku agresif yang mereka tonton terus menerus akan mereka maklumi sehingga sadar atau tanpa sadar mereka imitasi dalam kehidupan nyata.

Parahnya para pengembang bisnis game dan aplikasi semacam itu tidak memperdulikan dampak buruk dari apa yang mereka kembangkan. Kapitalisme telah menguasai mereka, sehingga yang ada dalam benak mereka hanya keuntungan materi yang bertambah dan terus bertambah. 

Kedua. Sekularisme Kapitalis telah sukses merusak tatanan masyarakat termasuk dunia pendidikan Indonesia. Semakin menjauhnya kehidupan dari agama. Salah satu buktinya semakin sedikitnya jam mata pelajaran agama padahal di situlah prinsip-prinsip hidup ditanamkan. Dilarang membicarakan tuhan selain di mata pelajaran agama, padahal perlu mengaitkan setiap materi pelajaran dengan keberadaan Allah SWT sebagai pengawas manusia baik mata pelajaran Biologi, Ekonomi, Sejarah, Matematika, dll. 

Siapa yang bertanggung jawab?

Tingginya kasus kriminalitas anak yang meningkat setiap tahun tentu sebuah peringatan bagi kita sekaligus pertanyaan sekaligus tantangan bersama baik itu orang tua, pendidikan kita, lingkungan masyarakat, dan juga Negara. 

Orang Tua/keluarga. Dalam mendidik anak sudahlah pasti memerlukan ilmu yang butuh terus ditambah dan kesabaran yang besar. Bahwa anak adalah amanah yang harus kita jaga, memberikan yang terbaik untuk mereka, bukan hanya materi tetapi juga tanggung jawab, waktu, kehangatan dan keharmonisan keluarga yang kita berikan. Jika telah mampu, jangan menjadikan alasan meninggalkan anak demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jika terpaksa harus meninggalkan mereka untuk bekerja maka orang tua harus tetap menyediakan waktu yang berkualitas untuk bercengkerama dengan anak dalam sela-sela kesibukan.

Keluarga adalah benteng pertama, tempat yang paling aman, tempat yang paling membahagiakan. sehingga sikap-sikap agresif tidak memungkinkan untuk tumbuh. Sejatinya Islam telah membagi porsi dalam rumah tangga bahwa Ibu mengurus rumah dan ayah mencari nafkah. Namun tentu hal ini butuh peran negara.

Negara Adalah Pilar Pelindung

Kondisi paling ideal adalah berada di dalam keluarga yang harmonis berperan sesuai fungsinya Ayah, Ibu dan anggota keluarga lainnya. Namun pada kondisi tertentu misalkan pada anak yang broken home, yatim piatu, atau anak yang sebatang kara maka Masyarakat dan Negara adalah pelindungnya. 

  1. Negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya lagi mudah bagi para ayah dan pencari nafkah agar mereka mampu mencukupi kebutuhan keluarga mereka dengan layak. sehingga para ibu tidak lagi harus ikut keluar mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

  2. Negara Wajib menyediakan pendidikan yang terbaik dan murah, sehingga mudah di akses oleh setiap lini masyarakat. begitu juga dengan kesehatan, dan keamanan. Aqidah adalah pondasi utama dalam kurikulum pendidikan Islam. Inilah dasar pembentukan karakter anak. menumbuhkan ketaatan dalam diri anak kepada Allah SWT. Hingga teraplikasi dalam kehidupan bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi setiap perilaku manusia. Pahala bagi setiap orang yang berbuat baik, dan siksa bagi setiap orang yang berbuat buruk. 

  3. Menerapkan sistem sanksi yang menjerakan. Kondisi ideal tentu itu yang diharapan. Namun jika anak-anak ini harus berhadapan dengan hukum maka dalam islam standarnya adalah balig. Saat seorang anak melakukan kesalahan di usianya yang sudah balig maka sanksi yang diberikan sama dengan sanksi terhadap orang dewasa. 

Wallahu alam bis sawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun