Taukah kamu, orang Bali memiliki sebuah cara untuk mengetahui karakter anjing hanya menggunakan sebatang lidi dan sebuah perhitungan sederhana?
Masih teringat jelas dalam benak saya kejadian beberapa dekade yang lalu. Waktu itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar.
Setiap kami memutuskan untuk memelihara anjing baru, kakek dan nenek saya selalu melakukan sebuah ritual.
Eits, jangan salah ini bukan sembarang ritual yang perlu aneka rupa sesajen. Cukup dengan sebatang lidi.
Sebuah ritual "mengukur" anjing untuk mengetahui karakter anak anjing tersebut. Hasil dari pengukuran tersebut menentukan apakah anjing tersebut akan kami pelihara atau tidak.
Jika sebagian besar orang memilih seekor anak anjing hanya berdasarkan intuisi atau wajah imutnya, masyarakat Bali memiliki sebuah tradisi kuno yang diterapkan secara turun menurun dalam memilih anjing yang akan dipelihara.
Sumber tradisi ini adalah Lontar Sarcan Asu yang saat ini disimpan di Gedong Kirtya, Singaraja. Lontar ini membahas tentang berbagai karakter anjing dan juga ciri-ciri fisik anjing memiliki "tuah" tertentu.
Dulu ketika ingin memelihara anjing, kami akan meminta seekor anak anjing dari kerabat ataupun tetangga yang memiliki anak anjing. Kakek saya akan mengukur anak anjing tersebut berdasarkan perhitungan Paksa, Jaya, Guna, Ketek, Kiul.
Caranya adalah sebagai berikut:
Pertama-tama, siapkan sebatang lidi.