Panjul mengusap dagunya, pura-pura mikir keras. "Hmmm... ya, mungkin masuk akal. Tapi gue gak yakin anak-anak mau bangun jam segitu. Baru nyuruh mereka mandi aja udah kaya suruh perang."
Bejo mengangguk, setuju. "Nah, itu PR-nya. Tapi kalau lo janjiin sarapan enak di tempat makan di sana, siapa tahu mereka mau. Lo bawa deh mereka ke warung bubur ayam legendaris di daerah Cisarua. Gak bakal nolak, dah."
Panjul tersenyum tipis. "Boleh juga. Terus, apalagi triknya?"
Bejo mencondongkan tubuhnya ke depan, bersiap membocorkan rahasianya. "Trik kedua---hindarin tempat wisata mainstream. Gue tahu lo pengen banget ke Puncak, tapi coba deh sekali-sekali kita cari tempat lain yang lebih sepi tapi gak kalah seru."
"Kayak apa? Jangan bilang lo mau ajak gue ke kampung sebelah buat cari udara sejuk," Panjul menimpali dengan senyum lebar.
Bejo menggelengkan kepala. "Nggak, dong. Gue nemu beberapa hidden gem. Ada curug-curug kecil di daerah Sentul yang belum banyak orang tahu. Jalannya gak terlalu rame, dan suasananya asri banget. Anak-anak bisa main air, kita bisa piknik, dan yang penting, bebas dari kemacetan."
Panjul tampak tertarik, tapi masih ada sedikit keraguan di matanya. "Hmm, Sentul, ya? Kayaknya gue pernah denger, tapi beneran gak bakal se-crowded Puncak?"
Bejo mengangkat bahu, "Ya, gak serame itu, sih. Soalnya orang-orang kebanyakan langsung mikir Puncak atau Bogor pas liburan. Kalau kita pinter-pinter cari alternatif, pasti ketemu tempat bagus yang gak mainstream."
Panjul menghela napas panjang. "Ya, bisa juga, sih. Jadi, kita nggak bakal terjebak macet sepanjang jalan, ya?"
"Nggak bakal! Asal kita nggak nekat berangkat siang, terus nggak ikut rombongan orang ke tempat yang udah pasti macet. Lo tau kan, orang-orang kebanyakan nggak nyiapin rencana cadangan, jadi terjebak di tempat yang sama setiap kali," jawab Bejo sambil mengangkat cangkir kopinya sebagai tanda kemenangan.
Panjul tersenyum, lalu kembali menyeruput kopinya yang kini sudah hampir habis. "Oke, gue setuju. Kita coba berangkat subuh dan ke tempat yang nggak mainstream. Tapi ada satu masalah lagi."