Sosok Alexandria Cortez di AS adalah salah satu contohnya. Ia menjadi populer dengan ketegasan dan kepadatan pesan yang disampaikannya. Ia sering memperlihatkan kegiatannya sebagai anggota parlemen melalui media sosialnya. Jadi, walaupun sering bersebrangan pendapat, namun ini diapresiasi oleh Gen Z sebagai bentuk autentisitas.
Pemilu 2024 memang masih jauh, namun aktor-aktor politik sudah mulai mengambil langkah guna memenangkan kontestasi. Meski belum terlalu terlihat, beberapa strategi guna meraup suara Gen Z sudah mulai dilakukan. Banyak partai politik mulai merekrut influencer-influencer muda guna meraup suara Gen Z. Selain itu, politisi juga sudah mulai mengaktivasi media sosial seperti Tiktok.Â
Gen Z di 2024 akan memegang peran penting, mengingat karakteristik mereka yang berbeda dari generasi sebelumnya, serta jumlah mereka yang banyak dalam demografi penduduk Indonesia. Meski dilabeli sebagai generasi yang lebih rasional, namun problem seperti ruang pendidikan politik yang minim akan menjadi permasalahan tersendiri nantinya.Â
Saat ini, masih banyak Gen Z yang enggan terlibat dalam partai politik akibat dari sistem kaderisasi yang masih tradisional sehingga menghilangkan peluang Gen Z untuk bisa berbicara lebih banyak di politik.Â
Pada akhirnya mereka memilih untuk menetapkan batasan keterlibatan dalam politik dengan lari ke ruang-ruang dunia maya dan menjelma menjadi individu yang saling terkoneksi melalui internet.Â
Pemilu 2024 akan jadi momentum penting bagi Gen Z karena masa depannya akan sangat ditentukan oleh hasil pemilu tersebut. Lalu pada akhirnya kita sampai pada pertanyaan, sejauh mana Gen Z mampu mengubah perpolitikan di Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H